I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara umum, genus Bacillaceae merupakan bakteri berbentuk batang (basil), dan tergolong dalam bakteri gram positif yang umumnya tumbuh pada medium yang mengandung oksigen (bersifat aerobik) sehingga dikenal pula dengan istilah aerobic sporeformers. Kebanyakan anggota genus Bacillus dapat membentuk endospora yang dibentuk secara intraseluler sebagai respon terhadap kondisi lingkungan yang kurang menguntungkan, oleh karena itu anggota genus Bacillus memiliki toleransi yang tinggi terhadap kondisi lingkungan yang berubah-ubah. Beberapa anggota Bacillus memiliki S-layer yang merupakan lapisan crystalline dipermukaan subunit protein atau glikoprotein. Bagian kapsul kebanyakan anggota Bacillus mengandung D atau L-glutamic acid, sedangkan beberapa lainnya memiliki kapsul yang mengandung karbohidrat. Ada beberapa studi sensitivitas spesies Bacillus sp. terhadap antibiotik meskipun mereka berhubungan dengan genus Bacillaceae (Young Min Ha et.al., 2002). Variasi struktur dinding sel seperti pada kebanyakan bakteri gram negatif tidak ditemukan pada genus Bacillus. Dinding sel vegetatif kebanyakan anggota Bacillus terbuat dari peptidoglikan yang mengandung Meso-Diaminopimelic acid (DAP) dengan tipe Glyserol Teichoic Acid sangat bervariasi diantara spesies. Kebanyakan anggota genus Bacillus merupakan bakteri yang bersifat motil dan memiliki flagela tipe peritrik (Todar, 2009).
Bacillus sp. digolongkan ke dalam kelas bakteri heterotrofik, yaitu protista bersifat uniseluler, termasuk dalam golongan mikroorganisme redusen atau yang lazim disebut sebagai dekomposer. Sebagian besar bakteri laut termasuk dalam kelompok bakteri bersifat heterotrofik dan saprofitik (Rheinheimer, 1980). Marga Bacillus merupakan bakteri yang berbentuk batang dapat dijumpai di tanah dan air termasuk pada air laut. Beberapa jenis menghasil enzim ekstraseluler yang dapat menghidrolisis protein dan polisakarida kompleks. Bacillus sp. merupakan gram positif, bergerak dengan adanya flagel peritrikus, dapat bersifat aerobik atau fakultatif anaerobik serta bersifat katalase positif serta membentuk endospora yang berbentuk bulat, oval, elips atau silinder, yang terbentuk di dalam sel vegetatif. Endospora tersebut membedakan Bacillus dari tipe-tipe bakteri pembentuk eksospora yang menunjukan bahwa spora tersebut mempunyai resistensi yang lebih dibandingkan sel vegetatifnya. (Pelezar et.al., 1976).
Ciri spesifik untuk menentukan spesies Bacillus yaitu kemampuan untuk membentuk endospora. Endospora dibentuk dalam sporangium di dalam sel dan dibentuk saat sel masak. Endospora memiliki dinding tebal, reaktif, dan sangat resisten. Letak endospora dalam sel dan ukuran selama pembentukannya tidaklah sama antara spesies satu dengan yang lainnya. Beberapa spesies memiliki spora sentral, terminal, subterminal, atau lateral. Endospora dapat berbentuk oval, silindris, bulat, atau bentuk lainnya. (Holt et.al., 1974).
B. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah mengisolasi bakteri Bacillus sp. dan mengidentifikasi bakteri Bacillus sp. hasil isolasi dengan pendekatan mikrobiologis.
II. MATERI DAN METODE
A. Materi
Materi yang digunakan dalam prektikum ini meliputi alat dan bahan. Peralatan yang digunakan dalam praktikum adalam jarum ose, object glass, mikroskop, micrometer, kertas merang, tabung reaksi, pipet tetes, beaker glass, cawan petri, penangas, pembakar spirtus, inkubator, dan wrapper.
Bahan yang digunakan dalam prektikum ini meliputi akuades, alkohol 70%, medium Nutrient Agar (NA), Nitrat Broth (NB), Malachite Green, Starch Agar (SA), SIMA semisolid, Skim Milk Agar (SMA), media Simon’s Citrate, MR-VP Broth, KOH-alfanaftol, methilen blue, NB NaCl (0, 6,5 dan 10 %), kristal violet, lugol’s iodine, safranin, etanol 96%, reagen H2O2, media laktosa, media rafinosa, dan reagen oksidase.
B. Metode
a. Pengambilan Sample
Ø Pengambilan dilakukan secara aseptis.
Ø Alumunium foil disiapkan yang sebelumnya disterilkan terlebih dahulu dengan alkohol 70%.
Ø Sample diambil dengan cepat dan hati-hati dimasukan ke dalam alumunium foil steril kemudian ditutup rapat.
b. Tahap Isolasi Bacillus
Ø Preparasi suspensi dilakukan, sebelumnya sample tanah direbus selama 10 menit pada suhu 80% oC diatas kompor.
c. Tahap Pemurnian Dengan Metode Streak Kuadran
Ø Dipilih satu koloni yang nampak terdiri dari satu tipe sel.
Ø Jarum ose dibakar, setelah dingin disentuhkan ke permukaan koloni bakteri yang akan distreak pada plating NA.
Ø Streak ini dianggap sebagai streak primer pada permukaan NA.
Ø Jarum ose dibakar, diangkat lali didinginkan dan distreakan melewati streak primer kesatu atau kedua dan kemudian dilanjutkan ke streak sekunder tanpa kembali ke streak primer.
Ø Jarum ose dibakar, diangkat lali didinginkan dan distreakan melewati streak sekunder dan kemudian dilanjutkan ke streak tersier tanpa kembali ke streak primer dan sekunder.
Ø Diinkubasi pada suhu 30oC selama 2 x 24 jam.
d. Pengamatan Morfologi Koloni
Ø Dibuat biakan pada medi Nutrient Agar (NA) cawan.
Ø Inkubasi 2 x 24 jam pada suhu 30oC.
Ø Perbedaan bentuk permukaan, bentuk koloni, bentuk tepi, elevasi dan lainnya diamati.
e. Pengukuran Panjang dan Lebar Sel
Ø Disiapkan mikroskop yang telah dipasang micrometer okuler yang terkalibrasi .
Ø Dibuat preparat ulas bakteri uji dengan metode pewarnaan sederhana (Methilen Blue)
Ø Diukur panjang dan lebar sel kemudian dihitung panjang dan lebar sel sebenarnya (µm).
f. Uji Pewarnaan Gram
Ø Bibuat ulasan bakteri pada object glass, lalu difiksasi 3-5 kali.
Ø Ditetesi dengan Gram A (kristal violet), lalu dibiarkan 60 detik. Cuci dengan air mengalir dan dikering-anginkan.
Ø Ditetesi dengan Gram B (lugol’s iodin), lalu dibiarkan 60 detik. Cuci dengan air mengalir dan dikering-anginkan.
Ø Ditetesi dengan Gram C (ethanol 96%) setetes demi setetes sampai ethanol yang jatuh berwarna bening dan jangan terlalu banyak.
Ø Ditetesi dengan Gram D (safranin), dibiarkan selama 45 detik, dicuci dan dikering-anginkan
Ø Diamati dibawah mikroskop.
g. Uji Pewarnaan Endospora
Ø Dibuat ulasan bakteri pada object glass, lalu ditutup dengan kertas merang.
Ø Ditetesi dengan Malachite Green diatas kertas merang dan diletakkan di atas penangas air. Dibiarkan selama 5 menit sambil terus ditetesi. Setelah dingin, object glass dibilas dengan aquades mengalir.
Ø Tetesi dengan safranin sebagai counter stain, didiamkan selama 45 detik, lalu dicuci dan dikering-anginkan.
Ø Diamati di bawah mikroskop.
h. Uji Motilitas
Ø Diinokulasikan bakteri uji pada medium SIMA semisolid sebanyak 1 ose.
Ø Diinkubasi selama 2 x 24 jam pada temperatur 30oC
Ø Kemudian dilihat pertumbuhan koloni bakterinya yang ada ada medium SIMA semisolid.
i. Uji Hidrolisis Strach
Ø Diinokulasikan bakteri uji pada medium padat Starch Agar sebanyak 1 ose.
Ø Diinkubasi selama 2 x 24 jam pada temperatur 30oC.
Ø Kemudian permukaan media digenangi dengan larutan lugol’s iodine.
Ø Diamati perubahan yang terjadi, jika terbentuk zona jernih di sekitar koloni menandakan hasil uji positif, dan jika tidak terbentuk zona jernih (warna biru reagen) menandakan hasil uji negatif.
j. Uji Hidrolisis Kasein
Ø Diinokulasikan bakteri uji pada medium SIMA semisolid sebanyak 1 ose.
Ø Diinkubasi selama 2 x 24 jam pada temperatur 30oC.
Ø Diamati perubahan yang terjadi, jika terbentuk zona jernih di sekitar koloni menandakan hasil uji positif, dan jika tidak terbentuk zona jernih menandakan hasil uji negatif.
k. Uji VP (Voges Proskauer)
Ø Diinokulasikan bakteri uji pada medium cair MR-VP sebanyak 1 ose.
Ø Diinkubasi selama 2 x 24 jam pada temperatur 30oC.
Ø Bakteri ditetesi dengan alfanaftol 3 tetes dan KOH 40% 2 tetes.
Ø Diamati perubahan yang terjadi, jika terbentuk perubahan warna pink hingga merah di sekitar koloni menandakan hasil uji positif, dan jika warna media tidak ada perubahan menandakan hasil uji negatif.
l. Uji Katalase
Ø Dibuat preparat ulas bakteri pada objek glass.
Ø Ditetesi dengan larutan H2O2.
Ø Diamati perubahan yang terjadi.
Ø Jika terbentuk gelembung gas menunjukkan bahwa hasil uji positif dan sebaliknya jika tidak ada gelembung gas, hasil uji negatif.
m. Uji Oksidase
Ø Dibuat preparat ulas bakteri pada objek glass, tutup dengan potongan tisu.
Ø Ditetesi dengan larutan reagen oksidase.
Ø Diamati perubahan yang terjadi.
Ø Hasil positif jika berwarna biru maroon dan hasil negatif jika tidak terbentuk warna biru maroon.
n. Uji Penggunaan Sitrat
Ø Diinokulasikan bakteri uji pada medium agar miring Simon’s citrate sebanyak 1 ose.
Ø Diinkubasi selama 2 x 24 jam pada temperatur 30oC.
Ø Diamati perubahan yang terjadi, jika hasil positif media berwarna biru sedangkan hasil negatif tetap berwarna hijau.
o. Uji Lactosa dan Rafinosa
Ø Bakteri uji ditumbuhkan pada medium Lactosa dan Rafinosa.
Ø Diinkubasi selama 2 x 24 jam pada temperatur 30oC.
Ø Diamati perubahannya, hasil positif jika media berubah warna dari ungu menjadi kuning dan hasil negatif jika media tetap berwarna ungu.
p. Uji Toleransi NaCl
Ø Dibuat tiga buah tabung Nutrient Broth yang mengandung NaCl 0%, 6,5% dan 10%.
Ø Isolate diinokulasikan dengan streak kontinyu.
Ø Diinkubasi selama 2 x 24 jam pada temperatur 30oC.
Ø Amati tingkat kekeruhan media hasilnya .
q. Penentuan Spesies Melalui Pendekatan Homologi
Ø Data-data yang diperoleh dibandingkan dengan data karakterbakteri dari sumber.
Ø Tentukan persen homologinya dengan rumus :
I. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Uji Gula (rafinosa dan laktosa) Uji Toleransi NaCl
Uji Oksidase Uji Penggunaan Sitrat
Uji Motilitas Uji Hidrolisis Starch
Uji Pewarnaan Endospora Uji Pewarnaan Gram
Isolat/Stok Uji Katalase
Uji Hidrolisis Kasein Uji MR-VP
Uji Reduksi Nitrat
B. Pembahasan
Isolasi mikroorganisme mengandung arti proses pengambilan mikroorganisme dari lingkungannya untuk kemudian ditumbuhkan dalam suatu medium di laboratorium. Proses isolasi ini menjadi penting dalam mempelajari identifikasi mikrobia, uji morfologi, fisiologi, dan serologi. Sedangkan pengujian sifat-sifat tersebut di alam terbuka sangat mustahill untuk dilakukan (Pelezar,1986). Prinsip kerja isolasi bakteri cukup sederhana yakni dengan menginokulasikan sejumlah kecil bakteri pada suatu medium tertentu yang dapat menyusung kehidupan bakteria. Sejumlah kecil bakteri ini didapat dari bermacam-macam tempat tergantung dari tujuan inokulasi. Dalam kajian mikrobiologi yang berhubungan dengan sumber bakteri adalah mikrobia tanah, air, makanan dan udara (Talaro,1999). Pemahaman mengenai bakteri yang diinokulasikan merupakan hal yang wajib. Inokulasi bakteri termasuk pula di dalamnya adalah prinsip untuk membuat lingkungan medium menjadi semirip mungkin dengan medium aslinya (Suharni,1999).
Klasifikasi dan identifikasi adalah dua hal yang berbeda tetapi saling berhubungan dalam taksonomi. Klasifikasi dapat diidentifikasikan sebagai penyusunan organisme kedalam grup taksonomi (taksa) dengan berdasarkan persamaan atau hubungan. Klasifikasi organisme prokariota seperti bakteri memerlukan pengetahuan yang didapat dari pengalaman dan juga teknik observasi, sifat biokimia, fisiologi, genetik dan morfologi yang sering penting untuk menggambarkan sebuah takson. Mikroorganisme merupakan suatu kelompok organisme yang tidak dapat dilihat dengan menggunakan mata telanjang, sehingga diperlukan alat bantu untuk dapat melihatnya seperti mikroskop dan lup. Cakupan dunia mikroorganisme sangat luas, terdiri dari berbagai kelompok dan jenis, sehingga diperlukan suatu cara pengelompokan atau pengklasifikasian (Budiyanto, 2008).
Tahapan-tahapan isolasi yang dilakukan dalam praktikum kali ini adalah :
1. Dengan Pengenceran.
Cara ini pertama-tama dilakukan oleh Lister dalam tahun 1865. Ia berhasil memiara murni Streptococcus lactis yang diisolasikannya dari susu yang sudah masam. Suatu sampel dari suatu suspensi yang berupa campuran bermacam-macam spesies diencerkan dalam suatu tabung tersendiri. Dari enceran ini kemudian diambil 1 ml untuk diencerkan lagi. Dan dari pengenceran yang kedua ini diambil 1 ml untuk diencerkan lebih lanjut. Jika dari pengenceran yang ketiga ini diambil 0,1 ml untuk disebarkan pada suatu medium padat, kemungkinan besar kita akan mendapatkan beberapa koloni tumbuh dalam medium tersebut, tetapi mungkin juga kita hanya memperoleh satu koloni saja. Dalam hal yang demikian ini kita memperoleh satu koloni murni, dan selanjutnya spesies ini dapat kita jadikan biakan murni. Kalau kita belum yakin, bahwa koloni tunggal yang kita peroleh itu murni, kita dapat mengulang pengenceran dengan menggunakan koloni ini sebagai sampel.
2. Dengan Penuangan.
Robert Koch (1843 – 1905) mempunyai metode yang lain, yaitu dengan mengambil sedikit sampel campuran bakteri yang sudah diencerkan, dan sampel ini kemudian disebarkan di dalam suatu medium dari kaldu dan gelatin encer. Dengan demikian yang diperoleh hanyalah suatu piaraan adukan. Setelah medium itu mengental, maka selang beberapa jam kemudian nampaklah koloni-koloni yang masing-masing dapat dianggap murni. Dengan mengulang pekerjaan seperti tersebut di atas ini, maka akhirnya akan diperoleh biakan murni yang lebih terjamin.
Dalam melakukan metode ini ada dua orang pembantu Koch yang sangat berjasa, yaitu Petri yang menciptakan cawan dengan tutup yang sekarang terkenal sebagai cawan Petri (Petri dish). Pembantu yang kedua ialah Hese yang menemukan agar-agar untuk menggantikan gelatin. Memang agar-agar ternyata lebih baik daripada gelatin untuk bahan pengental suatu medium. Agar-agar tidak lekas mencair, titik cairnya 95 0C.
Dalam melakukan metode ini ada dua orang pembantu Koch yang sangat berjasa, yaitu Petri yang menciptakan cawan dengan tutup yang sekarang terkenal sebagai cawan Petri (Petri dish). Pembantu yang kedua ialah Hese yang menemukan agar-agar untuk menggantikan gelatin. Memang agar-agar ternyata lebih baik daripada gelatin untuk bahan pengental suatu medium. Agar-agar tidak lekas mencair, titik cairnya 95 0C.
3. Dengan Penggesekan.
Metode ini sekarang banyak digunakan, karena tidak begitu memakan waktu, tapi dengan cara ini maka bakteri anaerob tidak dapat tumbuh.
Jika ujung kawat inokulasi dibengkokkan, kemudian ujung itu setelah disentuhkan suatu koloni lalu digesekkan pada permukaan medium padat, maka beberapa waktu kemudian daripada itu (kurang lebih setelah 12 jam) akan tampaklah koloni-koloni yang letaknya tersebat di permukaan medium. Jika diadakan pemindahan sampel dari suatu koloni yang letaknya terpencil, maka akan diperoleh suatu biakan murni.
Jika ujung kawat inokulasi dibengkokkan, kemudian ujung itu setelah disentuhkan suatu koloni lalu digesekkan pada permukaan medium padat, maka beberapa waktu kemudian daripada itu (kurang lebih setelah 12 jam) akan tampaklah koloni-koloni yang letaknya tersebat di permukaan medium. Jika diadakan pemindahan sampel dari suatu koloni yang letaknya terpencil, maka akan diperoleh suatu biakan murni.
4. Dengan Mengucilkan Satu Sel.
Kita mempunyai alat yang dapat mengambil satu bakteri dari sekian banyak, dengan tiada ikut sertanya bakteri lain. Alat semacam itu disebut mikropipet. Alat itu ditempatkan pada tangan-tangan suatu mikromanipulator. Dengan mikropipet dibuat beberapa tetesan bergantung pada suatu kaca penutup. Pekerjaan ini dilakukan di bawah obyektif mikroskop. Jika tampak suatu tetesan hanya mengandung satu bakteri, maka dengan lain mikropipet, tetesan tersebut dipindahkan ke suatu medium encer dengan maksud supaya bakteri tersebut berbiak dulu. Kemudian dari sini dapat diperoleh biakan murni. Metode ini sangat memerlukan kesabaran, lagi pula, mikromanipulator itu sangat mahal.
5. Dengan Inokulasi Hewan.
Metode ini didasarkan atas suatu kenyataan, bahwa tidak semua bakteri dapat tumbuh di dalam tubuh seekor hewan. Misal kita ambil dahak dari seseorang yang sedang menderita TBC. Jika dahak itu disuntikkan ke dalam tubuh tikus putih, maka bakteri-bakteri saproba yang ikut serta itu tidak akan bertahan, sehingga kemudian kita peroleh semata-mata basil tbc saja. Biakan Pneumococcus murni dapat diperoleh dengan jalan demikian juga. Bakteri yang ketinggalan dalam tubuh tikus yang sakit atau mati itu akhirnya dapat dipindahkan ke dalam medium yang sesuai. Inokulasi dapat dilakukan di dalam kulit (intracutaneous), dapat di bawah kulit (subcutaneous), dapat di dalam otot (intramuscular), dapat di dalam rongga tubuh atau lain-lain tempat lagi (Saputro, 1988).
Berdasarkan hasil praktikum yang telah didapat, didapatkan hasil bahwa :
1. Pengujian Pewarnaan.
a. Uji Pewarnaan Gram.
Hasil yang didapat adalah positif, yaitu sel bakteri Bacillus sp. terwarnai menjadi ungu oleh reagen yang diberikan. Ini dikarenakan Bacillus sp. adalah salah satu bakteri gram positif. Bakteri gram positif adalah bakteri yang mempertahankan zat warna kristal violet sewaktu proses pewarnaan Gram sehingga akan berwarna biru atau ungu di bawah mikroskop (Burrow, 1959).
b. Uji Katalase.
Setelah ditetesi reagen H2O2 dan diamati di bawah mikroskop, terdapat gelembung-gelembung gas. Uji katalase digunakan untuk mengetahui aktivitas katalase pada bakteri yang diuji. Kebanyakan bakteri memproduksi enzim katalase yang dapat memecah H2O2 menjadi H2O dan O2. Enzim katalase diduga penting untuk pertumbuhan aerobik karena H2O2 yang dibentuk dengan pertolongan berbagai enzim pernafasan bersifat racun terhadap sel mikroba (Milner et.al., 1996).
c. Uji Pewarnaan Endospora.
Setelah ditetesi dengan Malachite green diatas penangas air yang mendidih dan ditetesi dengan safranin, hasilnya positif. Terbentuk warna hijau pada endospora dan warna merah pada sel vegetatifnya. Endospora tidak mudah diwarnai dengan zat pewarna pada umumnya, tetapi sekali diwarnai, zat warna tersebut akan sulit hilang. Endospora bakteri merupakan struktur yang tahan terhadap keadaan lingkungan yang ekstrim misalnya kering, pemanasan, dan keadaan asam (Pelezar, 1986).
1. Pengujian Biokimia.
a. Uji Motilitas.
Uji ini menggunakan media SIMA Semisolid dan terdapat koloni bakteri Bacillus sp. yang menyebar sehingga hasilnya positif. Menurut volk (1988) kemampuan suatu organisme bergerak sendiri disebut motilitas (daya gerak). Hamper semua sel bakteri spiral dan sebagian dari sel bakteri basil bersifat motil (bergerak), sedangkan bakteri yang berbentuk kokus bersifat tidak bergerak/non motil (Sadfi et.al., 2002)
b. Uji Hidrolisis Kasein.
Pada uji ini hasilnya positif, yaitu terbentuk zona jernih pada sekitar koloni. Ini menandakan bahwa Bacillus sp. menggunakan kasein (protein) dalam media SMA untuk media pertumbuhannya.
c. Uji Hidrolisis Starch.
Setelah ditetesi dengan Lugols’ iodine, terbentuk zona jernih pada sekitar koloni sehingga hasilnya positif. Ini karena Bacillus dapat menghidrolisis protein yang terdapat dalam skim milk. Bacillus sp. memiliki enzim protease, yaitu enzim yang dapat mencerna protein menjadi asam amino (Backmann, 2006).
d. Uji MR-VP.
Setelah ditetesi dengan affanaftol dan KOH 4 %, warna media tidak berubah. Ini menandakan hasil uji negatif karena tidak mengalami perubahan warna. Menurut Voges-Proskauer pengujian VP digunakan untuk mengetahui apakah dalam proses pertumbuhan bakteri terbentuk asetilmetil karbinol sebagai produk antara dari proses metabolisme karbohidrat. Hasil uji yang negatif, menunjukkan tidak ada perubahan warna, sehingga hasil akhir metabolism Bacillus sp. bukanlah asetilmetil karbinol (Strohl, 2001).
e. Uji Penggunaan Sitrat.
Hasil yang didapat adalah positif, yaitu perubahan warna dari hijau menjadi biru. Bila mikroorganisme mampu menggunakan sitrat, maka asam akan dihilangkan dari medium biakan, sehingga menyebabkan penngkatan pH dan mengubah warna medium dari hijau menjadi biru. Perubahan warna dari hijau menjadi biru menunjukan bahwa mikroorganisme mampu menggunakan sitarat sebagai satu-satunya sumber karbon. Sedangkan pada medium sitrat-Koser kemampuan menggunakan sitrat ditunjukan oleh kekeruhan yang menandakan adanya pertumbuhan (Funke, 2004).
f. Uji Gula (Raffinosa dan Laktosa).
Pada uji ini, hasil yang didapat pada media raffinosa dan laktosa adalah negative, yaitu warna tetap ungu. Ini dikarenakan Bacillus sp. tidak dapat menggunakan Raffinosa dan laktosa.
g. Uji Reduksi Nitrat.
Uji ini hanya dilakukan sampai tahap inkubasi saja, karena tidak adanya reagen A dan reagen B. Namun, jika tidak ada kendala tersebut, maka jika hasilnya positif, maka terbentuk warna merah tua. Jika hasil yang didapat adalah negatif, maka warnanya tetap. Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah Bacillus sp. bisa mereduksi nitrat atau tidak (Benson, 2002).
h. Uji Toleransi NaCl.
Pada NB NaCl 0%, 6.5%, dan 10% tidak mengalami kekeruhan. Ini karena Bacillus sp. tidak dapat menoleransi NaCl dan cenderung teracuni oleh NaCl.
2. Pengamatan Morfologi, Panjang-Lebar sel, dan Uji Oksidase.
a. Pengamatan Morfologi Koloni.
- Bentuk koloni : Bulat dan licin
- Bentuk tepi : Halus mengkilap
- Elevasi : Mencuat
b. Panjang dan Lebar Sel.
- Panjang sel : 1,2 µm.
- Lebar sel : 0,7 x 2,5 µm.
c. Uji Oksidasi.
Hasil yang didapat adalah positif, karena warna yang terbentuk adalah biru marun. Ini berarti Bacillus sp. dapat mengoksidasi reagen oksidase yang diberikan.
Penentuan spesies melalui pendekatan homologi dapat dilakukan dengan menggunakan persen homologi, yaitu data-data yang diperoleh dibandingkan dengan data karakter bakteri satu genus lainnya. Genus Bacillaceae memiliki banyak spesies, diantaranya adalah Bacillus cereus, Bacillus thuringiensis, Bacillus brevis, Bacillus anthracis, dan Bacillus megaterium. Bacillus cereus merupakan bakteri gram positif, aerob fakultatif, dan dapat membentuk spora. Selnya berbentuk batang besar dan sporanya tidak membengkakkan sporangiumnya. Sifat-sifat ini dan karakteristik-karakteristik lainnya, termasuk sifat-sifat biokimia, digunakan untuk membedakan dan menentukan keberadaan B. cereus. Bacillus thuringiensis adalah bakteri yang menghasilkan kristal protein yang bersifat membunuh serangga (insektisidal) sewaktu mengalami proses sporulasinya. Kristal protein yang bersifat insektisidal ini sering disebut dengan δ-endotoksin. Kristal ini sebenarnya hanya merupakan pro-toksin yang jika larut dalam usus serangga akan berubah menjadi poli-peptida yang lebih pendek (27-149 kd) serta mempunyai sifat insektisidal. Pada umumnya kristal Bt di alam bersifat protoksin, karena adanya aktivitas proteolisis dalam sistem pencernaan serangga dapat mengubah Bt-protoksin menjadi polipeptida yang lebih pendek dan bersifat toksin (Bahagiawati, 2002).
Bacillus brevis adalah gram positif aerobik pembentuk spora bacillus umumnya ditemukan di tanah, udara, air, dan materi membusuk. Hal ini jarang berhubungan dengan penyakit menular. Gramicidin antibiotik dan tyrocidine pertama kali diisolasi dari itu. Bacillus anthracis adalah bakterium gram positif berbentuk tangkai yang berukuran sekitar 1x6 mikrometer dan merupakan penyebab penyakit antraks. Bakteria ini umumnya terdapat di tanah dalam bentuk spora, dan dapat hidup selama beberapa dekade dalam bentuk ini. Jika memasuki sejenis herbivora, bakteria ini akan mulai berkembang biak dalam hewan tersebut dan akhirnya membunuhnya, dan lalu terus berkembang biak di bangkai hewan tersebut. Saat gizi-gizi hewan tersebut telah habis diserap, mereka berubah bentuk kembali ke bentuk spora. Bacillus anthracis mempunyai gen dan ciri-ciri yang menyerupai Bacillus cereus, sejenis bakterium yang biasa ditemukan dalam tanah di seluruh dunia, dan juga menyerupai Bacillus thuringiensis, pantogen kepada larva Lepidoptera. Bacillus megaterium berbentuk batang, gram positif membentuk endospora, spesies bakteri digunakan sebagai inokulan tanah di pertanian dan hortikultura. Bakteri disusun kedalam bentuk streptobacillus. Bacillus megaterium adalah bakteri berbentuk batang dan salah satu Eubacteria terbesar yang ditemukan di tanah. Kelompok bakteri ini sering ditemukan dalam rantai di mana sel-sel yang bergabung bersama-sama dengan polisakarida pada dinding sel. Bacillus megaterium mampu bertahan dalam beberapa kondisi lingkungan yang ekstrim seperti gurun karena membentuk spora. Dimana terdapat kondisi yang menguntungkan spora dapat bertahan. Kadang-kadang ini bakteri tertentu dapat ditemukan pada permukaan umum yang sering disentuh. Bacillus megaterium menghasilkan penisilin amidase digunakan untuk membuat penisilin. Ini menghasilkan enzim untuk memodifikasi kortikosteroid, serta beberapa asam amino dehydrogenase (Pelezar, 2006).
Tabel Persen Homologi Bakteri Bacillus sp. yang Diujikan Dengan Bakteri Genus Bacillaceae Lainnya
Uji | Bakteri uji | Bacillus cereus | Bacillus thuringiensis | Bacillus brevis | Bacillus anthracis | Bacillus Megaterium |
Pewarnaan Gram | + | + | + | + | + | + |
Pewarnaan Endospora | + | - | + | - | + | + |
Katalase | + | + | + | + | - | + |
Oksidase | + | + | - | + | + | + |
Hidrolisis Starch | + | + | + | + | - | + |
Hidrolisis Kasein | + | + | - | + | + | + |
Penggunaan Sitrat | + | - | - | + | + | + |
Gula | - | - | + | + | - | - |
MR-VP | - | - | - | + | - | - |
Motilitas | + | + | + | - | + | + |
Reduksi Nitrat | Tidak ada | Tidak ada | Tidak ada | Tidak ada | Tidak ada | Tidak ada |
Toleransi NaCl | - | + | - | - | - | + |
Jumlah | uji | 9 | 10 | 8 | 10 | 12 |
Menurut data diatas, didapatkan hasil bahwa bakteri Bacillus sp. yang diuji mempunyai kemiripan homologi dengan Bacillus megaterium, yaitu:
Persen homologi = 12 x 100% = 92,3 %.
13
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Isolasi mikroorganisme mengandung arti proses pengambilan mikroorganisme dari lingkungannya untuk kemudian ditumbuhkan dalam suatu medium di laboratorium. Proses isolasi ini menjadi penting dalam mempelajari identifikasi mikrobia, uji morfologi, fisiologi, dan serologi.
2. Klasifikasi dapat diidentifikasikan sebagai penyusunan organisme kedalam grup taksonomi (taksa) dengan berdasarkan persamaan atau hubungan.
3. Pengujian yang dilakukan dalam pengidentifikasian Bacillus sp. dalam praktikum ini adalah uji pewarnaan gram, uji pewarnaan endospora, uji katalase, uji oksidasi, dan lain-lain.
4. Hasil persen homologi menunjukkan bahwa bakteri Bacillus sp. yang diuji memiliki kemiripan dengan bakteri Bacillus meganterium, yaitu sekitar 92,3 %.
B. Saran
Saran untuk praktikum selanjutnya adalah agar dalam praktikum dilakukan dengan hati-hati, tepat waktu, dan penjelasan yang lengkap dari para asisten.
DAFTAR REFERENSI
Backmann, A. 2006. Carbohydrate Metabolism in Bacteria. Caister Academic Press. United States America.
Bahagiawati, M. 2002. Penggunaan Bacillus thuringiensis Sebagai Bioinsektida. Balai Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian. Bogor.
Benson, H.J. 2002. Microbial Applications. Mc Grow Hill Company Book Inc. New York.
Budiyanto, M. 2008. Hand Out dan Klasifikasi Mikroba. Malang : Universitas Muhammadiyah Malang.
Burrow, W.1959. Textbook of Microbiology. W.B. Saunders Company. Philadelphia
Funke et. al. 2004. Microbiology : An Introduction. Benjamin Cummings. San Fransisco.
Holt, J.G., P.H.A. Sneath, N.S. Mair and M.E. Sharpe. 1974. Bergey’s Manual of Determinative Bacteriology. 8 th Ed. The Williams and Wilkins Co. Baltimore.
Milner, J. L., E. A. Stohl, J. Handelsman. 1996a. Zwittermicin A Resistance Gene from Bacillus cereus. Journal Of Bacteriology, p. 4266–4272 Vol. 178, No. 14.
Pelezar, M.J., E.C.S. Chan, and N.R. Krieg 1976, Microbiology. Me Graw Hill Book Company, New York : 896 pp.
Pelezar, M.J., and E.C.S. Chan 1986. Microbiology, MC Graw Hill Book Com-pany, New York : 889 pp.
Pelezer, M. 2006. Mikrobiologi Dasar. Universitas Indonesia Press : Jakarta.
Rheinheimer 1980. Aquatic Microbiology, A. willey Inter Science Publication Chichester: 225 pp.
Sadfi. N., M. Cherif, M. R. Hajlaoui, A. Boudabbous, R. Belanger. 2002. Isolation and Partial Purification of Antifungal Metabolites Produced by Bacillus cereus. Ann Microbiol., 52, 323 – 337.
Saputro D. 1988. Dasar-dasar Mikrobiologi. Cetakan ke – 10. Jakarta : Universitas Indonesia ( IU-Press ).
Suharni, T.T, S.J. Nastiti, dan A.E.S. Soetarto, 1999. Mikrobiologi Umum Sebagai Pedoman. Bandung.
Strohl et.al. 2001. Microbiology. Lippinect Williams and Wilkins. USA.
Todar, K. 2009. Bacillus and Related Endospore-forming Bacteria. http://www. Textbook of bacteriology.net/Bacillus.html. diakses: 30 November 2011.
Volk, W. 1988. Mikrobiologi Dasar. Jakarta: Erlangga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar