LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI
TUMBUHAN II
Acara praktikum : Pengaruh Giberelin Terhadap Perpanjangan Batang.
Tujuan : Mengetahui
kosentrasi giberelin yang efektif dalam merangsang
pertumbuhan tanaman khususnya perpanjangan batang.
Hasil dan Pembahasan :
A. Hasil
Tanaman
|
Konsentrasi
(ppm)
|
Hari Ke...
|
|||||||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
10
|
11
|
12
|
13
|
14
|
||
Panjang Btng Jagung(cm)
|
0 (K 1)
|
8
|
10
|
12
|
14
|
14
|
14
|
16
|
18
|
20
|
23
|
25
|
25
|
28
|
30
|
5
|
10
|
11,5
|
13
|
14
|
16
|
18
|
20,5
|
23
|
26
|
28
|
29
|
30
|
32
|
33
|
|
10
|
9
|
11
|
12,5
|
14
|
17
|
21
|
23
|
27
|
28
|
30
|
32
|
32
|
35
|
35
|
|
15
|
8
|
13
|
22
|
30
|
34,5
|
41
|
41,4
|
42
|
46
|
48
|
48,7
|
49
|
51
|
51,6
|
|
20
|
11,2
|
11,7
|
12,4
|
12,5
|
13
|
13,2
|
14
|
15,1
|
16,2
|
16,4
|
16,6
|
16,8
|
17,2
|
17,9
|
|
0 (K 2)
|
5.5
|
11,2
|
19,7
|
25
|
30,8
|
31,2
|
32,8
|
34,1
|
35,2
|
36
|
36,4
|
38,1
|
39,3
|
40,4
|
|
Panjang Btng Kedelai(cm)
|
0 (K 1)
|
13
|
15
|
17,5
|
18
|
19
|
20
|
20
|
21
|
23
|
23
|
25
|
26
|
26
|
29
|
5
|
7
|
8
|
12,2
|
15,6
|
17
|
19
|
20
|
22,4
|
23
|
24
|
25,4
|
26,5
|
27,8
|
28,3
|
|
10
|
10
|
11
|
13
|
15
|
16
|
19
|
22
|
25
|
30
|
30
|
32
|
35
|
35
|
37
|
|
15
|
5
|
9
|
13,2
|
16,7
|
19
|
21
|
23
|
23,9
|
25
|
27
|
30
|
30,2
|
33
|
33,6
|
|
20
|
12,4
|
12,6
|
13,2
|
13,4
|
14
|
14,3
|
14,6
|
15
|
16,1
|
16,5
|
16,9
|
17
|
17,4
|
17,8
|
|
0 (K 2)
|
14
|
15,5
|
17,2
|
18
|
18,9
|
19,3
|
20,2
|
21,5
|
23
|
23,7
|
24,2
|
25,4
|
26
|
26,6
|
Tabel Pengamatan pada Jagung dan Kedelai
B. Pembahasan
Giberelin adalah turunan dari asam gibberelat.
Merupakan hormon tumbuhan alami yang merangsang pembungaan, pemanjangan batang
dan membuka benih yang masih dorman. Terdapat sekitar 100 jenis giberelin,
namun Gibberellic acid (GA3)-lah yang
paling umum digunakan. Giberelin adalah zat kimia yang dikelompokan kedalam
terpinoid. Semua kelompok terpinoid terbentuk dari unit isoprene yang terdiri
dari 5 atom karbon. Berdasarkan proses biosintesis telah diketemukan zat
penghambat (growth retardant) di
dalam aktivitas ini. Hormon tumbuh ada yang bersifat alami dan ada yang
bersifat sintesis. Giberelin merupakan hormon tumbuh pada tanaman yang bersifat
sintesis dan berperan mempercepat perkecambahan (Heddy,
1989). Giberelin
dapat mendorong perkembangan biji, perkembangan kuncup, pemanjangan batang dan pertumbuhan
daun, mendorong pembungaan dan perkembangan buah; mempengaruhi pertumbuhan dan
diferensiasi akar (Kusumo, 1990).
Efek giberelin dapat
mendorong perpanjangan batang, tetapi juga terlibat dalam proses regulasi
perkembangan tumbuhan seperti halnya auksin. Beberapa tanaman yang diberi GA
bisa memacu pembungaan dan mematahkan dormansi tunas-tunas serta biji. Disintesis
pada ujung batang dan akar, giberelin menghasilkan pengaruh yang cukup luas.
Salah satu efek utamanya adalah mendorong pemanjangan batang dan daun. Pengaruh
GA umumnya meningkatkan kerja auksin, walaupun mekanisme interaksi kedua ZPT
tersebut belum diketahui secara pasti. Demikian juga jika dikombinasikan dengan
auksin, giberelin akan mempengaruhi perkembangan buah misalnya menyebabkan
tanaman kedelai, jagung menghasilkan buah walaupun tanpa fertilisasi. Diketahui
giberelin digunakan secara luas untuk menghasilkan buah. Giberelin juga
menyebabkan ukuran buah lebih besar dengan jarak antar buah yang lebih renggang
di dalam satu gerombol. Giberelin juga berperan penting dalam perkecambahan
biji pada banyak tanaman. Biji-biji yang membutuhkan kondisi lingkungan khusus
untuk berkecambah seperti suhu rendah akan segera berkecambah apabila disemprot
dengan giberelin. Diduga giberelin yang terdapat di dalam biji merupakan
penghubung antara isyarat lingkungan dan proses metabolik yang menyebabkan
pertumbuhan embrio. Sebagai contoh, air yang tersedia dalam jumlah cukup akan
menyebabkan embrio pada biji rumput-rumputan mengeluarkan giberelin yang
mendorong perkecambahan dengan memanfaatkan cadangan makanan yang terdapat di
dalam biji. Berdasarkan beberapa tanaman, giberelin menunjukkan interaksi
antagonis dengan ZPT lainnya misalnya dengan asam absisat yang menyebabkan
dormansi biji (Wuryaningsih, 2004).
Giberelin sebagai hormon tumbuh pada tanaman sangat berpengaruh pada
sifat genetik (genetic dwarfism),
pembuangan, penyinaran, partenokarpi, mobilisasi karbohidrat selama
perkecambahan (germination) dan aspek
fisiologi kainnya. Giberelin mempunyai peranan dalam mendukung perpanjangan sel
(cell elongation), aktivitas kambium
dan mendukung pembentukan RNA baru serta sintesa protein (Abidin, 1985).
Genetic dwarfism adalah suatu gejala kerdil yang disebabkan oleh adanya mutasi. Gejala
ini terlihat dari memendeknya internode. Terhadap Genetic dwarfism ini, gibereline mampu merubah tanaman yang kerdil
menjadi tinggi. Hal ini telah dibuktikan oleh Brian dan Hemming (1955), dalam eksperimennya
mereka telah memberi perlakuan penyemprotan gibberellic
acid pada berbagai varietas kacang. Hasil dari eksperimen ini menunjukan
bahwa gibberellic acid berpengaruh
terhadap tanaman kacang yang kerdil dan menjadi tinggi. Mengenai hubungannya dengan
cell elengation, dikemukakan bahwa
giberelin mendukung pengembangan dinding sel. Menurut van Oberbeek (1966)
penggunaan giberelin akan mendukung pembentukan enzym protolictic yang akan
membebaskan tryptophan sebagai asal bentuk dari auksin. Hal ini berarti bahwa
kehadiran giberelin tersebut akan meningkatkan kandungan auksin. Mekanisme lain
menerangkan bahwa giberelin akan menstimulasi cell elengation, karena adanya hidrolisa pati yang dihasilkan dari
giberelin, akan mendukung terbentuknya amilase. Sebagai akibat dari proses
tersebut, maka konsentrasi gula meningkat yang mengakibatkan tekanan osmotik di
dalam sel menjadi nai, sehingga ada kecenderungan sel tersebut berkembang.
Biji kedelai dan biji jagung terdiri dari embrio dan endosperm. Endosperm
memiliki masa pati yang dikelilingi oleh suatu lapisan aleuron. Sedangkan embrio
itu sendiri merupakan suatu bagian hidup yang suatu saat akan menjadi dewasa.
Pertumbuhan embrio selama perkecambahan bergantung pada persiapan bahan makanan
yang berada di dalam endosperm. Demi keperluan kelangsungan hidup embrio maka
terjadilah penguraian secara enzimatik yaitu terjadi perubahan pati menjadi
gula yang selanjutnya ditranslokasikan ke embrio sebagai sumber energi untuk
pertumbuhannya. Giberelin berperan penting dalam proses aktivitas amilase. Hal
ini telah dibuktikan dengan menggunakan GA yang mengakibatkan aktivitas amilase
miningkat. Aktivitas enzim amilase dan
protease di dalam endosperm juga didukung oleh GA melalui de novo synthesis.
Hal ini ada hubungannya dengan terbentuknya DNA baru yang kemudian menghasilkan
RNA (Weaver, 1972).
Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat
disimpulkan bahwa :
1.
Giberelin merupakan hormon tumbuhan
alami yang merangsang pembungaan, pemanjangan batang dan membuka benih yang
masih dorman.
2.
Gibberellin sebagai hormon tumbuh
pada tanaman sangat berpengaruh pada sifat genetik (genetic dwarfism).
3.
Gibberelline mempunyai peranan
dalam mendukung perpanjangan sel (cell elongation), aktivitas kambium dan
mendukung pembentukan RNA baru serta sintesa protein.
DAFTAR REFERENSI
Abidin, Z.
1985. Dasar-Dasar Pengetahuan Tentang Zat Pengatur Tumbuh. Angkasa,
Bandung.
Heddy, S. 1989. Hormon Tumbuhan. CV Rajawali,
Jakarta.
Kusumo, S. 1990. Zat Pengatur Tumbuh Tumbuhan. CV
Yasoguna, Bogor.
Weaver,
R.J. 1972. Plant growth substances in agriculture. Univ. of California, Davis
pp 52 – 79
Wuryaningsih,
S., S. Soedjono, D. S. Badriah dan A. Abdurachman. 2004. Peran Giberelin,
Pupuk, dan Paklobutrazol pada Pembesaran Subang Gladiol Asal Biji. J.
Hortikultura Volume 14 (Ed. Khusus) : 368 – 373. ISSN : 0853 – 7097
Tidak ada komentar:
Posting Komentar