I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ada 40 phyla hewan avertebrata yang
dikelompokan atas dasar : banyaknya sel penyusun tubuh, kontruksi tubuh, jumlah
lapisan tubuh, kesimetrian tubuh, pembentukan anus dan mulut pada awal
perkembangan embrionalnya, kondisi rongga tubuh, serta ada tiadaknya lofofora
dan segmentasi tubuh. Bersasarkan kedelapan kelompok tersebut, dapat dipelajari
kesimetrian tubuh, yang bisa diketahui melalui pengamatan ciri morfologinya.
Avertebrata
adalah sebuah istilah yang diungkapkan oleh Chevalier de Lamarck untuk menunjuk
hewan yang tidak memiliki tulang belakang. Invertebrata mencakup semua hewan
kecuali hewan vertebrata (pisces, reptil, amfibia, burung, dan mammalia. Contoh
invertebrata adalah serangga, ubur-ubur, hydra, cumi-cumi, dan cacing.
Invertebrata mencakup sekitar 97 persen dari seluruh anggota kingdom Animalia.
Vertebrata
adalah subfilum dari Chordata, mencakup semua hewan yang memiliki tulang belakang.
Tulang-tulang yang menyusun tulang belakang disebut vertebra. Vertebrata adalah
subfilum terbesar dari Chordata. Ke dalam vertebrata dapat dimasukkan semua
jenis ikan (kecuali remang, belut jeung, "lintah laut", atau
hagfish), katak, reptil, burung, serta hewan menyusui. Kecuali jenis-jenis
ikan, vertebrata diketahui memiliki dua pasang tungkai (Campbell, 2004).
Lamarck
membagi invertebrata ke dalam dua kelompok yaitu Insecta (serangga) dan Vermes
(cacing). Tapi sekarang, invertebrata diklasifikasikan ke dalam lebih dari 30
sub-fila mulai dari organisme yang simpel seperti porifera dan cacing pipih
hingga organisme yang lebih kompleks seperti mollusca dan arthropoda.
B. Tujuan
Tujuan praktikum acara pengenalan
hewan avertebrata dan vertebrata berdasarkan karakter morfologi adalah untuk
mengenali ciri-ciri yang tampak pada hewan avertebrata dan vertebrata,
mengelompokkan hewan avertebrata dan vertebrata berdasarkan rangka internal,
tengkorak, mata, kuping, simetri radial, simetri bilateral, metamerisme dan
tagmatisasi.
MATERI DAN METODE
A. Materi
Materi yang diamati adalah hewan
avertebrata yang merupakan anggota Cnidaria, Ctenopora, Echinodermata,
Anneliada, Insecta, dan Crustacea; hewan vertebrata yang merupakan
anggota dari Pisces, Amphibia, Reptilia, Aves, dan Mamalia.
Alat yang digunakan yaitu bak
preparat, pinset, jarum preparat, kaca pembesar, mikroskop, buku gambar dan
alat tulis.
B. Metode
1. Pemisahan
antara hewan avertebrata dan hewan vertebrata
2. mengenali
dan menggambar hewan avertebrata dan vertebrata yang diamati berdasarkan
cirri-ciri morfologi yang dimiliki.
3. preparat
yang telah diamati diawetkan untuk kegiatan identifikasi dan determinasi pada
acara praktikum selanjutnya.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Gambar 1. Cacing
tanah Gambar 2. Belalang Gambar 3. Kutilang
Gambar 4. Bulu
Babi Gambar 5. Ular Cincin Gambar 6. Ikan Nilem
Gambar
7. Udang Windu
No
|
Dasar Pengelompokan
|
Nama Spesies
|
Keterangan (Avertebrata/Vertebrata)
|
1
|
Rangka Internal
|
1.
Burung
2.
Ikan
3.
Ular
|
1.
Vertebrata
2.
Vertebrata
3.
Vertebrata
|
2
|
Tengkorak
|
1.
Burung
2.
Ikan
3.
Ular
|
1.
Vertebrata
2.
Vertebrata
3.
Vertebrata
|
3
|
Mata
|
1.
Burung
2.
Ikan
3.
Ular
4.
Belalang
5.
Udang
|
1.
Vertebrata
2.
Vertebrata
3.
Vertebrata
4.
Avertebrata
5.
Avertebrata
|
4
|
Kuping
|
-
|
-
|
5
|
Kesimetrian Tubuh
|
a. Bilateral simetri
1.
Burung
2.
Ikan
3.
Ular
4.
Cacing
5.
Udang
6.
Belalang
|
1.
Vertebrata
2.
Vertebrata
3.
Vertebrata
4.
Avertebrata
5.
Avertebrata
6.
Avertebrata
7.
Avertebrata
|
b.Radial simetri
1.
Bulu Babi
|
1.
Avertebrata
|
||
6
|
Metamerisme
|
1.
Belalang
2.
Cacing
3.
Udang
|
1.
Avertebrata
2.
Avertebrata
3.
Avertebrata
|
7
|
Tagmatisasi
|
1.
Belalang
2.
Udang
|
1.
Avertebrata
2.
Avertebrata
|
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil praktikum didapatkan
hasil bahwa semua hewan vertebrata mempunyai cirri-ciri yaitu mempunyai rangka
internal dan tulang tengkorak. Hewan avertebrata yang diamati mempunyai
metamerisme dan tagmatisasi, sedangkan persamaannya yaitu sama-sama mempunyai
mata dan kesimetrian tubuh.
Masing-masing hewan vertebrata maupun
avertebrata mempunyai ciri-ciri morfologi yang berbeda-beda yaitu sebagai
berikut :
1. Ikan Nilem (Osteochillus hasselti)
Ikan Nilem merupakan jenis ikan konsumsi air tawar, berbadan memanjang
pipih kesamping dan lunak. Tubuh ikan Nilem terbagi menjadi tiga bagian yaitu
caput (kepala), truncus (badan), dan cauda (ekor).caput mulai dari moncong
sampai batas tutup insang, badan mulai dari belakang tutup insang sampai
belakang anus, ekor mulai dari belakang anus sampai ujung sirip ekor. Seluruh
badannya bersisik yang mempunyai tipe cycloid dan di tengah-tengah tubuhnya
terdapat gurat sisi yang berfungsi sebagai indra keenamnya (Djuhanda, 1982).
Ikan Nilem mempunyai lima sirip yaitu sepasang sirip dada, sepasang sirip
perut, sirip punggung yang tunggal dan sirip ekor.
Menurut Djuhanda (1982), klasifikasi ikan Nilem adalah sebagai berikut :
Phyllum : Chordata
Subphillum : Vertebrata
Classis : Pisces
Ordo : Ostariophysi
Family : Cyprinidae
Genus : Osteochilus
Spesies : Osteochillus hasselti
2.
Ular Cincin Emas (Boiga dendrophyla)
Ular
cincin emas adalah nama sejenis ular
berbisa
anggota family Colubridae. Umum biasa menyebutnya sebagai ular belang, nama yang sedikit banyak
menyesatkan karena digunakan pula untuk menyebut ular lain yang serupa dan
berkerabat dekat: ular weling (Bungarus
candidus). Kedua ular ini memang mirip bentuk dan warnanya. Nama belang
dan weling (dari bahasa Jawa) menunjuk kepada pola belang
hitam-putih (atau hitam-kuning) yang berlainan. Pada ular belang, belang hitamnya utuh berupa cincin dari punggung
hingga ke perut; sedangkan pada ular
weling belang hitamnya hanya sekedar selang-seling warna di bagian
punggung (dorsal), sementara perutnya (ventral) seluruhnya
berwarna putih. Ular ini merupakan kelompok ular yang berbisa, dicirikan dengan
bentuk kepalanya yang segitiga(Anonim,2009).
Klasifikasi Ular Cincin Emas adalah sebagai berikut :
Phyllum : Chordata
Kelas : Reptilia
Ordo : Squamata
Family : Colubridae
Genus : Boiga
Spesies : Boiga
dendrophila
3. Burung Kutilang (Pycnonotus aurigaster).
Menurut King, (1975), klasifikasi burung kutilang adalah sebagai berikut :
Phyllum : Chordata
Class : Aves
Ordo : Passeriformes
Familia : Pycnonotidae
Genus : Pycnonotus
Spesies : Pycnonotus
aurigaster
Cucak
Kutilang atau Kutilang
adalah sejenis burung pengicau dari suku Pycnonotidae.
Orang Sunda menyebutnya cangkurileung, orang Jawa menamainya ketilang atau genthilang, mengikuti bunyi suaranya yang khas. Burung yang
berukuran sedang, panjang tubuh total (diukur dari ujung paruh hingga ujung
ekor) sekitar 20 cm. Sisi atas tubuh (punggung, ekor) berwarna coklat kelabu,
sisi bawah (tenggorokan, leher, dada dan perut) putih keabu-abuan. Bagian atas kepala, mulai dari dahi, topi
dan jambul, berwarna hitam. Tungging (di muka ekor) nampak jelas berwarna putih, serta penutup pantat berwarna jingga(King
et al, 1975)
4. Udang Windu (Macrobrachium
rosenbergii)
Klasifikasi
udang Windu yaitu :
Phyllum : Arthropoda
Subphyllum :
Crustacea
Class : Malacotraca
Ordo : Decapoda
Familia : Palaemonidae
Genus : Macrobrachium
Spesies : Macrobrachium rosenbergii
Tubuh udang dapat dibagi menjadi dua
bagian, yaitu bagian kepala dan bagian badan. Bagian kepala menyatu dengan
bagian dada disebut cephalothorax yang terdiri dari 13 ruas, yaitu 5 ruas di
bagian kepala dan 8 ruas di bagian dada. Bagian badan dan abdomen terdiri dari
6 ruas, tiap-tiap ruas (segmen) mempunyai sepasang anggota badan (kaki renang)
yang beruas-ruas pula. Pada ujung ruas keenam terdapat ekor kipas 4 lembar dan
satu telson yang berbentuk runcing.Bagian kepala dilindungi oleh cangkang
kepala atau Carapace. Bagian depan meruncing dan melengkung membentuk huruf S
yang disebut cucuk kepala atau rostrum. Pada bagian atas rostrum terdapat 7
gerigi dan bagian bawahnya 3 gerigi untuk P. monodon. Bagian kepala lainnya
adalah :
Ø
Sepasang mata majemuk (mata facet) bertangkai
dan dapat digerakkan.
Ø
Mulut terletak pada bagian bawah kepala dengan
rahang (mandibula) yang kuat.
Ø
Sepasang sungut besar atau antena.
Ø
Dua pasang sungut kecil atau antennula.
Ø
Sepasang sirip kepala (Scophocerit).
Ø
Sepasang alat pembantu rahang (Maxilliped).
Ø
Lima pasang kaki jalan (pereopoda), kaki jalan
pertama, kedua dan ketiga bercapit
yang dinamakan chela.
Pada
bagian dalam terdapat hepatopankreas, jantung dan insang. Bagian badan tertutup
oleh 6 ruas, yang satu sama lainnya dihubungkan oleh selaput tipis. Ada lima
pasang kaki renang (pleopoda) yang melekat pada ruas pertama sampai dengan ruas
kelima, sedangkan pada ruas keenam, kaki renang mengalami perubahan bentuk
menjadi ekor kipas (uropoda). Di antara ekor kipas terdapat ekor yang meruncing
pada bagian ujungnya yang disebut telson. Organ dalam yang bisa diamati adalah
usus (intestine) yang bermuara pada anus yang terletak pada ujung ruas keenam
(Anonim, 2006).
5. Cacing tanah (Pheretima sp.)
Bentuk tubuh
pada cacing panjang silindris, dengan ± 2/3bagian posteriornya sedikit memipih
ke arah dorsoventral. Tubuh bersegmen-segmen dan jelas ada annuli external
bersesuaikan dengan jumlah segmen dalam, yaitu ± 150 segmen dalam seluruh
tubuh. Permukaan tubuh cacing tanah juga terdapat beberapa lubang-lubang muara
keluar dari berbagai alat atau organ di dalam tubuh, organ-organ tersebut
adalah mulut, anus, lubang muara keluar ductus spermaticus, atau vas defferens,
terletak pada segmen ke 15, lubang muara keluar oviduct, pada segmen ke 14,
lubang muara keluar receptaculum seminis pada segmen ke 9 dan ke10, pori
dorsales pada segmen ke 8, dan sepasang nephridiopori pada semua segmen (Mayr,
1982).
Cacing
tanah bernafas dengan kulitnya, sebab kulitnya bersifat lembab, tipis dan
banyak mengandung kapiler darah (Jasin, 1989). Sistem ekskresi pada cacing
tanah berupa nephridia. Pada setiap segmen badan terdapat sepasang nephridia,
kecuali 3 segmen yang pertama dan yang terakhir. Tiap nephridium terdiri
atas nephrostoma dan saluran atau pipa
yang berkelok-kelok (Radiopoetro, 1981).
Cacing
tanah bersifat hermafrodit. Sepasang ovarium menghasilkan ovari dan terletak di
dalam segmen ke 13. Kedua oviductnya juga terletak di dalam segmen ke 13 dan
infundibulumnya bercilia. Oviduct tadi melalui septum yang terletak di antara
segmen ke 13 dan segmen ke 14, dan di dalam segmen ke 14 membesar dan membentuk
kantong telur (Jasin, 1989).
Menurut
Anonymous (2008), Klasifikasi dari cacing
adalah sebagai berikut :
Phyllum : Annelida
Class : Clitellata
Ordo : Haplotaxida
Family : Megascolecidae
Genus : Pheretima
Spesies : Pheretima sp.
6. Bulu Babi (Diadema
setosum)
Bulu babi hidup
pada terumbu karang atau pada habitat pantai berbatu. Bulu babi termasuk Filum Echinodermata, bentuk
dasar tubuh segilima. Mempunyai lima pasang garis kaki tabung dan duri panjang
yang dapat digerakkan. Kaki tabung dan duri memungkinkan binatang ini merangkak
di permukaan karang dan juga dapat digunakan untuk berjalan di pasir. Cangkang
luarnya tipis dan tersusun dari lempengan-lempengan yang berhubungan satu sama
lain. Cangkang dari jenis bulu babi tertentu dilapisi oleh pigmen cairan
hitam yang stabil. Cairan ini dapat
digunakan sebagai pewarnaan jala dan kulit. Cangkang dari bulu babi juga
diminati sebagai barang perhiasan. Sedangkan organ dari sisa pengolahan bulu
babi biasanya berupa cangkang dan organ dalam (jeroan) dapat diproses lebih
lanjut menjadi pupuk.
Klasifikasi
bulu babi (Diadema setosum) menurut
Pratt (1935) adalah :
Phyllum :
Echinodermata
Kelas
: Echinoidea
Subkelas : Euchinoidea
Ordo
: Cidaroidea
Famili
: Diadematidae
Genus
: Diadema
Spesies : Diadema setosum
7. Belalang (Valanga
sp.)
Klasifikasi Belalang yaitu sebagai
berikut :
Phyllum : Arthropoda
Class : Insecta
Ordo : Orthoptera
Family : Acrididae
Genus : Valanga
Spesies : Valanga sp.
Belalang adalah
serangga herbivora dari subordo Caelifera dalam ordo Orthoptera. Serangga ini
memiliki antena yang hampir selalu lebih pendek dari tubuhnya dan juga memiliki
ovipositor pendek. Suara yang ditimbulkan beberapa spesies belalang biasanya
dihasilkan dengan menggosokkan femur belakangnya terhadap sayap depan atau
abdomen (disebut stridulasi), atau karena kepakan sayapnya sewaktu terbang.
Femur belakangnya umumnya panjang dan kuat yang cocok untuk melompat. Serangga
ini umumnya bersayap, walaupun sayapnya kadang tidak dapat dipergunakan untuk
terbang. Belalang betina umumnya berukuran lebih besar dari belalang jantan
(Junaedi, 2008).
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa :
1. Simetri tubuh terdiri atas dua bangun,
yaitu simetri radial dan simetri bilateral.
2.
Proses
penyatuan beberapa atau banyak segmen dalam beragam kelompok-kelompok fungsi
pada hewan bemetamer ini disebut
mengalami tagmatisasi.
3. semua
hewan vertebrata mempunyai cirri-ciri yaitu mempunyai rangka internal dan
tulang tengkorak.
B. Saran
Awetan preparat yang digunakan
diharapkan awetan yang masih baru karena kemarin ada awetan yang bentuknya
sudah hampir rusak.
DAFTAR REFERENSI
Djuhanda, T. 1982.Anatomi dari 4
Spesies Hewan Vertebrata. Armico, Bandung
Campbell, A. Neil, et all. 2004. Biologi Edisi Kelima Jilid Kedua.
Erlangga, Jakarta.
Jasin, Maskoeri. 1989. Sistematik Hewan (Avertebrata dan Vertebrata) untuk
universitas. Sinar Jaya, Surabaya.
Junaedi,W. 2008. Serangga
Insekta. http://junaedi525.blogspot.com/serangga-insekta.html
King, B., M. Woodcock, and E.C.
Dickinson. 1975. A Field Guide to The Birds of South-East Asia. Collins.
London.
Mayr, Ernest. 1982. Principles Of
Systematic Zoologi. Tata McGraw-Hill Publishing Company, New Delhi.
Pratt
H S. 1935. A Manual of The Common Invertebrates Animals. McGraw Hill.
Company Inc : New York
Radiopoetro. 1981. Zoology. Erlangga, Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar