Dominansi Apikal
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN II
Acara Praktikum : Dominasi Apikal
Tujuan : Untuk mengetahui pengaruh zat pengatur tumbuh
IAA terhadap pertumbuhan tunas lateral.
Hasil dan Pembahasan :
A. Hasil
Tabel Hasil Praktikum Dominansi Apikal
ZPT
|
Konsentrasi
(ppm)
|
Hari Ke...
|
|||||||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
10
|
11
|
12
|
13
|
14
|
||
IAA
|
0
|
-
|
-
|
-
|
-
|
√
|
#
|
#
|
#
|
#
|
#
|
#
|
#
|
#
|
#
|
1
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
√
|
#
|
#
|
#
|
#
|
#
|
#
|
#
|
|
1,5
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
√
|
#
|
#
|
#
|
#
|
#
|
#
|
#
|
|
2
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|
1
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
√
|
#
|
#
|
#
|
#
|
|
IBA
|
2
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa terjadi perbedaan waktu tumbuh
antara tanaman yang diberi ZPT IAA dengan ZPT IBA. Tanaman yang diberi
perlakuan IAA dengan konsentrasi 0 ppm, 1 ppm dan 1,5 ppm tumbuh,sedangkan IAA dengan
konsentrasi 2 ppm mengalami
pertumbuhan tunas lateral pada hari ke-5 dan 7 pada
konsentrasi ppm mulai tumbuh pada hari
ke 6.Tanaman yang diberi 1 ppm
mengalami pertumbuhan tunas lateral pada hari ke-7, sedangkan perlakuan IBA
dengan konsentrasi 0 ppm, 1 ppm, 1,5 ppm dan 2 ppm tidak mengalami pertumbuhan.
Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Heddy (1989) bahwa pemberian konsentrasi
ZPT yang berbeda-beda dapat mempengaruhi pertumbuhan tunas lateral.
Dominansi apikal merupakan pertumbuhan ujung batang yang sering mendominasi
pertumbuhan bagian lain sehingga pembentukan cabang lateral dihambat. Secara
alami cabang lateral akan tumbuh pada nodus bagian bawah yang cukup jauh dari
ujung batang apabila pertumbuhan batang sudah cukup, hal ini disebabkan karena
semakin jauh dari ujung batang pengaruh dominansi apikal semakin berkurang.
Berdasarkan kekuatan dominansi apikal, tanaman dibedakan menjadi dua yaitu
dominansi apikal yang kuat seperti pada tanaman Kalanchoe dan Bryophyllum
dan dominansi apikal yang lemah seperti pada Solanum tubersum dan Solanum
lycopersicu. Dominansi apikal dan pembentukan cabang lateral ini
dipengaruhi oleh keseimbangan konsentrasi hormon (Khrishnamoorthy, 1981; Taiz
and Zeiger, 1998 dan Hopkins, 1995).
Menurut teori ”Nutrien Diversion”
dominansi apikal terjadi karena gerakan nutrien ke atas diarahkan ke tunas
apical bukan ke tunas lateral, hal ini sebagai akibat adanya produksi auksin di
apikal tanaman. Daun dan beberapa tunas yang terbebas dari dominansi apikal
akan mulai tumbuh dan menghasilkan auksin. Adanya sitokinin akan memacu
pembelahan sel dan produksi auksin sehingga terbebas dari dominansi (Wilkins,
1989).
Pertumbuhan cabang lateral ini dipengaruhi oleh auksin dan sitokinin.
Sitokinin akan mengaktifkan pembelahan sel pada meristem tunas lateral
(Khrishnamoorthy, 1981). Hal ini juga dikemukakan oleh Lakitan (1996), bahwa
hormon sitokinin mempunyai peran yang penting pada pembentukan cabang lateral,
karena sitokinin yang terdapat pada ujung akar akan ditransport secara
akropetal melalui bagian xilem ke bagian atas tanaman. Hal ini lebih jauh
dikemukakan oleh Tekei et al., (2001), bahwa sitokinin akan
merangsang pembelahan sel pada tanaman dan sel-sel yang membelah tersebut akan
berkembang menjadi tunas, cabang dan daun daun. Setelah dilakukan pemangkasan
pada ujung batang, suplai auksin dari tunas apikal tidak terjadi lagi, sehingga
kadar auksin dalam ruas dibawahnya berkurang. Sebagai akibatnya terjadi ekpresi
IPT (isopentenil transferase) pada tanaman. IPT merupakan enzim yang bertanggung
jawab sebagai biokatalisator pada biosintesis sitokinin. Sitokinin yang
dihasilkan dari ruas tanaman memasuki tunas lateral dan menyebabkan pertumbuhan
tunas lateral (Sato dan Mori, 2001). Peningkatan kadar sitokinin dalam tunas
lateral dapat mendorong penyempurnaan hubungan berkas pembuluh antara tunas
lateral dan batang tumbuhan sehingga dapat dikatakan bahwa sitokinin
menyebabkan terjadinya diferensiasi jaringan pengangkut tunas lateral (Heddy,
1989).
Pertumbuhan memanjang cabang lateral dipengaruhi oleh auksin yang
dihasilkan oleh ujung apikal tunas lateral sendiri dan sitokinin yang
ditransport dari akar. Siokinin akan merangsang pembelahan sel melalui
peningkatan laju sintesis protein (Taiz, 1998), dengan adanya pembelahan sel
maka jumlah sel akan menjadi banyak dan dengan adanya auksin sel dapat membesar
dan memanjang. Auksin dapat menyebabkan pemanjangan sel dengan cara
mempengaruhi plastisitas dinding sel. Auksin akan memacu protein yang ada di
membram sel untuk memompa ion H+ ke dinding sel. Ion H+ ini akan mengaktifkan
enzim sehingga memutuskan beberapa ikatan silang hidrogen rantai molekul
selulosa. tumbuhan kemudian memanjang akibat air yang masuk secara osmosis.
Setelah pemanjangan ini, sel terus tumbuhan dengan mensintesis kembali material
dinding sel dan sitoplasma (Campbell, et
al., 2000).
Auksin disintesis pada ujung
batang yang lebih bawah. Hal ini menyebabkan terakumulasinya auksin pada ketiak
daun dibawahnya yang berakibat inisiasi pembentukan tunas lateral pada ketiak
daun terhambat atau terjadi dormansi tunas lateral. Secara basipetal, auksin
tersebut ditransportkan ke bagian bawah secara basipetal. Konsentrasi auksin
yang cukup tinggi ini akan menghambat aktivitas enzim isopentil transferase
yang merupakan katalisator pembentukan sitokonin, sehingga sitokinin dihambat.
Keseimbangan sitokinin yang rendah dan auksin yang tinggi ini akan menghambat
diferensiasi sel pada nodus untuk membentuk primordial cabang. (Darmati, 2008).
Faktor-faktor yang mempengaruhi konsentrasi IAA adalah sintesis auksin,
pemecahan auksin dan inaktifnya IAA sebagai akibat proses pemecahan molekul.
Menurut Salisbury dan Ross (1995), kadar auksin endogen dari aktifitasnya dalam
jaringan berhubungan dengan keseimbangan antara intensitas dengan hilangnya
auksin karena transfer dan metabolisme. Auksin diproduksi dalam jaringan
meristem yang aktif (yaitu tunas, daun muda, dan buah). Transfer berlangsung
secara basipetal, yaitu dari ujung ke basal.
Heddy (1989) menyatakan
pengaruh fisiologi auksin pada tumbuhan meliputi:
1.
Pemanjangan
sel
Pada
koleoptil batang, jika terdapat jumlah auksin yang optimal dapat mempengaruhi
pemanjangan sel.
2.
Tunas
ketiak
IAA yang
telah dibentuk di meristem apikal ditransport ke bagiab bawah tumbuhan dapat
menghambat pekembangan tunas ketiak. Namun bila meristem apikal dipotong maka
akan meningkatkan perkembangan tunas lateral.
3.
Absisi
daun
Daun dapat terpisah dengan
batang bila sel pada absisi daun mengalami perubahan kimia dan fisik
4.
Aktifitas
kambium
Auksin
merangsang pembelahan sel kambium
5.
Tumbuh
akar
IAA dapat menghambat pemanjangan akar bila tidak
dalam keadaan optimal.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan
pembahasan, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
- Zat pengatur tumbuh jenis IBA lebih efektif daripada IAA.
- Konsentasi zat pengatur tumbuh yang IBA 0 ppm paling efektif dalam mempercepat pertumbuhan tunas lateral.
Daftar Referensi
Campbell, N. A., Reece, J.B., Mitchell, L.G. 2000.
Biologi. Edisi 5: Jilid 2. Erlangga, Jakarta.
Darmanti,s.2008.
Pembentukan Cabang Lateral Jarak Pagar (Jatropha curcas) Setelah Perlakuan
Girrdling. BIOMA, Vol.10, No.1, Hal.7-11.
Heddy, S. 1989. Hormon Tumbuhan. Penerbit CV
Rajawali, Jakarta.
Hidayat. 2007. Induksi Pertumbuhan Eksplan
Endosperm Ulin dengan IAA dan Kinetine. Agritrop, 26 (4) : 147 – 152.
Hopkins, W.G. 1995. Introduction to Plant
Physiology. John Willey and Sons Inc, Singapore.
Krishnamoorthy, H.N. 1981. Plant Growth Substances
Including Applications In Agriculture. Tata McGraw-Hill Publishing Company
Limited, New Delhi.
Sato, S.S and H. Mori. 2001. Control Outgrowth and
Dormancy In Axilary Bud. http://www.plantphysiol.org.
Taiz L. and E. Zieger. 1998. Plant Physiology.
Sinauer AssociatesInc., Publisher. Sunderland. Massachusetts.
Tekei, K., H. Sakakibara and T. Sugiyama. 2001.
Identification of Genes Encoding Adenylate Isopentenyltrasferase, A Cytokinin
Biosynthesis Enzyme In Arabidopsis Thaliana. http:
//wwwjbc.org./ogi/content/abstract/ M102130200vl.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar