LAPORAN
PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN II
Acara
Praktikum : Peranan
Zat Pengatur Tumbuh Sebagai Herbisida.
Tujuan : Mengetahui pengaruh
berbagai konsentrasi 2,4-D sebagai herbisida.
Hasil dan Pembahasan :
A. Hasil
Tabel
pengamatan pada jumlah daun dan tinggi tanaman serta kematian gulma
Parameter
|
Konsentrasi
(ppm)
|
Hari Ke...
|
|||||||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
10
|
11
|
12
|
13
|
14
|
||
Jumlah Daun
|
0 (k 1)
|
18
|
20
|
23
|
18
|
24
|
23
|
25
|
25
|
26
|
24
|
24
|
26
|
27
|
29
|
400
|
5
|
5
|
5
|
5
|
5
|
4
|
4
|
4
|
3
|
3
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|
800
|
5
|
5
|
5
|
5
|
5
|
5
|
4
|
4
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|
1200
|
19
|
19
|
19
|
14
|
11
|
9
|
3
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|
1600
|
6
|
4
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|
0 (k 2)
|
12
|
7
|
2
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|
Tinggi Tanaman
(cm)
|
0 (k 1)
|
14
|
17
|
19,5
|
22
|
22
|
22,5
|
23
|
23
|
25,5
|
27
|
27
|
29
|
29
|
31
|
400
|
11
|
11
|
11
|
12
|
12,6
|
13
|
13
|
13
|
13,5
|
12
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|
800
|
15
|
15
|
15
|
15,5
|
16
|
16
|
16,5
|
16
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|
1200
|
16
|
16
|
16
|
16
|
18
|
18,4
|
19,1
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|
1600
|
17
|
16
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|
0 (k 2)
|
4,7
|
5,5
|
2
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|
Kematian Gulma
|
0 (k 1)
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
400
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|
800
|
√
|
V
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|
1200
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|
1600
|
√
|
√
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|
0 (k 2)
|
√
|
√
|
√
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
B.
Pembahasan
Zat pengatur tumbuh adalah senyawa organik bukan
hara yang dalam jumlah sedikit dapat mendukung, menghambat dan dapat merubah
proses fisiologi tanaman (Abidin, 1985). Konsep zat pengatur tumbuh diawali
dengan konsep hormon tanaman. Hormon tanaman adalah senyawa-senyawa organik
tanaman yang dalam konsentrasi yang rendah mempengaruhi proses-proses
fisiologis. Proses-proses fisiologis ini terutama tentang proses pertumbuhan,
differensiasi dan perkembangan tanaman. Proses-proses lain seperti pengenalan
tanaman, pembukaan stomata, translokasi dan serapan hara dipengaruhi oleh
hormon tanaman (Dewi, 2008).
Zat Pengatur tumbuh dalam dosis tinggi dapat
digunakan sebagai herbisida. Herbisida merupakan senyawa kimia yang dapat digunakan
untuk menanggulangi tanaman pengganggu terutama pada lahan pertanian.
Keuntungan penggunaan herbisida adalah dapat mengendalikan gulma sebelum
mengganggu tanaman budidaya, mencegah kerusakan perakaran tanmnan budidaya dan
lebih efektif dalam membunuh gulma tahunan (Chairul et al., 2000).
Jenis-jenis herbisida yang merupakan zat pengatur
tumbuh adalah 2,4-D, 2,4-DB, MCPA, diklorprop, MCPB, dan mekoprop. Jenis-jenis
herbisida tersebut merupakan kelompok Aryloxyalcanoic
Acid yang sering disebut sebagai kelompok fenoksi. Klomeprop bersifat
sistemik dan digunakan sebagai herbisida selektif pascatumbuh untuk
mengendalikan gulma berdaun lebar dan teki pada tanaman padi. 2,4-D (2,4-dichorophenoxy acetic acid) merupakan
hormon tumbuhan sintetis dan bekerja seperti asam indol asetat (IAA), dan
bersifat sistemik. 2,4-DB (2,4-diklorofenoksi asam butirat) merupakan herbisida
sistemik yang bersifat selektif, hanya aktif sebagai herbisida pascatumbuh
untuk gulma berdaun lebar. Diklorprop merupakan herbisida sistemik dan
digunakan sebagai herbisida selektif pascatumbuh untuk mengendalikan gulma
berdaun lebar dan teki pada tanaman serealia. MCPA merupakan herbisida selektif
dan digunakan sebagai herbisida post-emergence (Djojosumarto, 2005).
Berdasarkan hasil praktikum diperoleh bahwa zat
pengatur tumbuh 2,4-D dapat digunakan sebagai herbisida karena dapat menghambat
pertumbuhan tanaman pengganggu atau gulma. Efektivitas pemberian herbisida
antara lain ditentukan oleh dosis herbisida. Konsentrasi 2,4-D yang paling efektif
sebagai herbisida adalah 1600 ppm. Hal ini disebabkan karena pada konsentrasi
ini tanaman gulma menjadi layu dan mati. Chairul et al. (2000), menjelaskan bahwa efektifitas 2,4-D sebagai
herbisida tersebut harus diserap oleh tanaman gulma dan ditranslokasikan ke
tempat lain seperti akar, batang dan daun tanaman.
Mekanisme 2,4-D sebagai herbisida di dalam tumbuhan
adalah dengan cara penyerapan daun dan akar, kemudian ditranslokasikan, dan
akan terakumulasi pada jaringan-jaringan muda (jaringan meristem) pada pucuk
dan akar. 2,4 D bekerja sebagai penghambat pertumbuhan. Bentuk garam diserap
oleh akar, sedangkan bentuk esternya diserap oleh daun (Djojosumarto, 2005).
Tanaman gulma merupakan tanaman pengganggu dan
secara akumulatif dapat menimbulkan kerugian bagi tanaman budidaya atau
perkebunan dan pertanian. Kerugian tersebut diantaranya pertumbuhan tanaman
budidaya terhambat sehingga waktu mulai berproduksi lebih lama, penurunan
kuantitas dan kualitas hasil produksi tanaman, produktifitas kerja terganggu,
gulma dapat menjadi sarang penyakit. Tanaman pokok yang biasa berkompetisi
dengan gulma untuk memperebutkan kebutuhan adalah dari jenis padi, gandum,
jagung dan tanaman perkebunan yang lain. Macam-macam gulma berupa gulma berdaun
sempit, gulma teki-tekian, gulma berdaun lebar dan gulma pakis-pakisan. Jenis
gulma berdaun lebar yang digunakan pada praktikum ini adalah Amaranthus spinosus. Jenis gulma berdaun
lebar lainnya adalah Aeschynomene
americana, Alocasia macrorrhiza, Centella asiatica, Ipomoea cairica, Mimosa
pudica, dan lain sebagainya. Biasanya gulma berdaun lebar dapat
ditanggulangi dengan herbisida yang efektif yaitu 2,4-D (Barus, 2003).
Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan maka dapat disimpulkan
bahwa :
1.
Zat
pengatur tumbuh 2,4-D dapat digunakan sebagai herbisida.
2.
Konsentrasi
2,4-D yang paling efektif digunakan sebagai herbisida adalah 1600 ppm.
Daftar Referensi
Abidin, Z. 1985. Dasar-dasar
Pengetahuan Tentang Zat Pengatur Tumbuh. Angkasa, Bandung.
Barus, E. 2003. Pengendalian Gulma di Perkebunan.
Kanisius, Yogyakarta.
Chairul, S. M., Mulyadi dan Idawati. 2000. Translokasi
herbisida 2,4-D-14C pada tanaman gulma dan padi pada sistem
persawahan. Risalah Pertemuan Ilmiah
Penelitian dan Pengembangan Teknologi Isotop dan Radiasi, Jakarta.
Dewi, I. R. 2008. Peranan dan Fungsi Fitohormon bagi
Pertumbuhan Tanaman. Unpad, Bandung.
Djojosumarto, P. 2005. Panduan Lengkap Pestisida dan
Aplikasinya. Agromedia, Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar