LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN II
Acara Praktikum : Mengatur Kemasakan Buah Dengan
Menggunakan Zat Pengatur Tumbuh
Tujuaan : Untuk mengetahui konsentrasi zat pengatur
tumbuh yang mampu mempercepat kemasakan buah
Hasil dan Pembahasan :
- Hasil
Tabel 1. Hasil
pengamatan pemasakan buah
Parameter : 0 ppm
Hari ke-
|
Tekstur
|
Bau
|
Warna
|
1
2
3
4
5
6
|
Daging keras
Daging keras
Daging lunak
Daging lunak
Daging lunak
Daging lunak
|
Tidak Berbau
Tidak Berbau
Tidak Berbau
Tidak Berbau
Tidak Berbau
Tidak Berbau
|
Hijau
Hijau
Hijau
Hijau
Agak kuning
Agak kuning
|
Parameter : 500 ppm
Hari ke-
|
Tekstur
|
Bau
|
Warna
|
1
2
3
4
5
6
|
Daging keras
Daging Keras
Daging lunak
Daging lunak
Daging lunak
Daging lunak
|
Tidak Berbau
Tidak Berbau
Tidak Berbau
Tidak Berbau
Tidak Berbau
Tidak Berbau
|
Hijau
Hijau
Hijau
Hijau
Kuning
Kuning
|
Parameter : 700 ppm
Hari ke-
|
Tekstur
|
Bau
|
Warna
|
1
2
3
4
5
6
|
Daging keras
Daging agak lunak
Daging lunak
Daging lunak
Daging lunak
Daging lunak
|
Tidak Berbau
Tidak Berbau
Berbau
Harum
Tidak Berbau
Tidak Berbau
|
Hijau
Hijau
Agak kuning
Kuning
Kuning
Kuning
|
Parameter : 900 ppm
Hari ke-
|
Tekstur
|
Bau
|
Warna
|
1
2
3
4
5
6
|
Daging keras
Daging agak lunak
Daging lunak
Daging lunak
Daging lunak
Daging lunak
|
Tidak Berbau
Tidak Berbau
Tidak Berbau
Harum
Harum
Harum
|
Hijau
Hijau
Agak kuning
Kuning
Kuning
Kuning
|
B. Pembahasan
Proses pemasakan buah merupakan proses
pengakumulasian gula dengan merombak pati menjadi senyawa yang lebih sederhana.
Tidak seperti buah pada umumnya yang mengakumulasi gula secara langsung dari
pengiriman asimilat hasil fotosintesis di daun yang umumnya dikirim ke organ
lain dalam bentuk sukrosa (Sumadi et al.,
2004).
Praktikum
pemasakan buah ini menggunakan buah pisang sebagai objek untuk melihat pengaruh
ethtrel dalam pemasakan buah. Ethrel digunakan dengan konsentrasi 0 ppm, 500 ppm, 700 ppm dan 900 ppm.
Berdasarkan hasil praktikum, ternyata buah pisang dengan konsentrasi 900 ppm sampai
konsentrasi 0 ppm ternyata kematangan
buah pisang tergantung dengan tingginya konsentrasi ethrel yang diberikan. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Abidin (1985) yaitu pada konsentrasi yang semakin tinggi maka buah akan cepat
matang. Mangga optimal pada keadaan jumlah etilen 400-800 ppm. Pemasakan buah
terlihat dengan adanya buah yang menjadi
lunak, berbau harum, berwarna kekuningan dan rasanya manis.
Perubahan-perubahan yang terjadi selama pemasakan buah
meliputi perubahan warna, pelunakan buah, perubahan senyawa-senyawa karbohidrat,
serta pembentukan bau. Perubahan warna meliputi perombakan klorofil, pembukaan
karotenoid (warna jingga dan kuning). Klorofil diubah menjadi kromofil,
bersama-sama dengan pembongkaran klorofil disintesis pula warna yang menentukan
warna buah masak (Hidayat, 1995).
Menjadi lunaknya buah disebabkan oleh
perombakan propektin yang tidak larut menjadi pektin yang larut, atau
hidrolisis zat pati (seperti buah waluh) atau lemak (pada adpokat). Perubahan
komponen-komponen buah ini diatur oleh enzim-enzim antara lain enzim hidroltik,
poligalakturokinase, metil asetate, selullose. Flavour adalah suatu yang halus
dan rumit yang ditangkap indera yang merupakan kombinasi rasa (manis, asam,
sepet), bau (zat-zat atsiri) dan terasanya pada lidah. Pemasakan biasanya
meningkatkan jumlah gula-gula sederhana yang memberi rasa manis, penurunan
asam-asam organik dan senyawa-senyawa fenolik yang mengurangi rasa sepet dan
masam, dan kenaikan zat-zat atsiri yang memberi flavour khas pada buah
(Isbandi, 1983).
Kecepatan
pemasakan buah terjadi karena zat tumbuh mendorong pemecahan tepung dan
penimbunan gula (Kusumo, 1990). Proses pemecahan tepung dan penimbunan gula
tersebut merupakan proses pemasakan buah dimana ditandai dengan terjadinya
perubahan warna, tekstur buah dan bau pada buah atau terjadinya pemasakan buah.
Kebanyakan buah tanda kematangan pertama adalah hilangnya warna hijau.
Kandungan klorofil buah yang sedang masak lambat laut berkurang. Saat terjadi
klimaterik klorofilase bertanggung jawab atas terjadinya penguraian klorofil.
Penguraian hidrolitik klorofilase yang memecah klorofil menjadi bagian vital
dan inti porfirin yang masih utuh, maka klorofilida yang bersangkutan tidak
akan mengakibatkan perubahan warna. Bagian profirin pada molekul klorofil dapat
mengalami oksidasi atau saturasi, sehingga warna akan hilang. Lunaknya buah
disebabkan oleh adanya perombakan photopektin yang tidak larut. Pematangan
biasanya meningkatkan jumlah gula-gula sederhana yang memberi rasa manis
(Fantastico, 1986).
Perubahan fisiologi yang terjadi selama proses pemasakan adalah terjadi
proses klimaterik dalam respirasi, diduga dalam proses pemasakan oleh etilen
mempengaruhi respirasi klimaterik melalui dua cara yaitu :
1.
Etilen mempengaruhi permiabilitas
membran, sehingga permiabilitas sel menjadi besar, hal tersebut mengakibatkan
pelunakan sehingga metabolisme respirasi dipercepat.
2.
Selama klimaterik, kandungan protein
meningkat dan diduga etilen lebih merangsang sintesis protein pada saat itu.
Protein yang terbentuk ini diduga terlihat dalam proses pemasakan dan pada
proses klimaterik terjadi peningkatan enzim-enzim respirasi (Moore, 1979).
Klimaterik merupakan suatu fase
yang banyak sekali perubahan yang berlangsung (Zimmermar, 1961). Klimaterik
juga diartikan sebagai suatu keadaan ”auto stimulation“ dalam buah sehingga
buah menjadi matang yang disertai dengan adanya peningkatan proses respirasi
(Hall, 1984). Klimaterik merupakan fase peralihan dari proses pertumbuhan
menjadi layu, meningkatnya respirasi tergantung pada jumlah etilen yang
dihasilkan serta meningkatnya sintesis protein dan RNA (Heddy, 1989).
Klimaterik adalah suatu periode mendadak yang unik bagi buah tertentu dimana
selama proses itu terjadi pembuatan etilen disertai dengan dimulainya proses
pematangan buah, buah menunjukkan peningkatan CO2 yang mendadak
selama pematangan buah, sehingga disebut buah klimaterik. Pola respirasi berbeda karena setelah CO2 dihasilkan tidak
meningkat tetapi turun secara perlahan, buah tersebut digolongkan non
klimaterik (Zimmermar, 1961). Berdasarkan sifat klimateriknya,
proses klimaterik dalam buah dapat dibagi dalam 3 tahap yaitu klimaterik
menaik, puncak klimaterik dan klimaterik menurun. Buah-buah yang mengalami
proses klimakterik diantaranya yaitu tomat, alpokat, mangga, pepaya, peach dan
pear karena buah-buahan tersebut menunjukkan adanya peningkatan CO2
yang mendadak selama pematangan buah. Buah-buah yang mengalami pola berbeda
dengan pola diatas diantaranya yaitu ketimun, anggur, limau, semangka, jeruk,
nenas dan arbei (Kusumo, 1990).
Proses
pematangan buah meliputi dua proses yaitu :
- Etilen mempengaruhi permeabilitas membran sehingga daya permeabilitas menjadi lebih besar.
- Kandungan protein meningkat karena etilen telah merangsang sintesis protein. Protein yang terbentuk terlibat dalam proses pematangan buah karena akan meningkatkan enzim yang menyebabkan respirasi klimaterik (Wereing dan Philips, 1970).
Hubungan
etilen dan pematangan buah ditunjukan dengan beberapa hipotesa
1. Pematangan diartikan sebagai perwujudan
dari proses mulainya proses kelayuan dimana antar sel menjadi terganggu.
2. Pematangan diartikan sebagai fase akhir
dari proses penguraian substrat dan merupakan proses yang dibutuhkan oleh bahan
untuk sintesis enzim spesifik dalam proses layu (Heddy,1989).
Etilen
adalah zat cair yang tidak berwarna, kental dan manis, mudah larut dalam air,
titik didih relatif tinggi dan titik beku rendah. Senyawa ini sering digunakan
sebagai pelarut dan bahan pelunak (pelembut), pada bidang pertanian etilen
digunakan sebagai zat pemasak buah (Purba, 1996). Menurut Abidin (1985) etilen adalah hormon tumbuh
yang secara umum berlainan dengan auksin, giberellin dan sitokinin. Etilen akan
berbentuk gas dan struktur kimianya sangat sederhana sekali dalam keadaan
normal. Etilen akan bereaksi apabila terjadi perubahan secara fisiologis pada
suatu tanaman. Hormon ini akan berperan dalam proses pematangan buah dalam fase
klimaterik.
Banyak buah dapat membentuk etilennya
sendiri, etilen inilah yang dapat memacu pemasakan buah. Salah satu perubahan
yang disebabkan adanya etilen adalah perubahan dalam permeabilitas membran sel,
akibatnya enzim perombak khlorofil terbentuk. Terombaknya khlorofil pigmen
merah dan atau pigmen kuning dalam sel-sel buah tidak terlindungi dan buah akan
menampakkan warna masaknya (Kimball, 1996).
Tidak semua buah dapat mengalami respirasi
klimaterik dimana etilen endogen buah dapat dipacu dengan pemberian etilen dari
luar sehingga buah cepat masak. Akan tetapi, ada buah yang etilen endogennya
tidak dapat terpacu meskipun telah diberi etilen dari luar, buah seperti ini
disebut buah nonklimaterik, sedangkan yang dapat dipacu etilen endogennya
disebut buah klimaterik (Hidayat, 1995).
Menurut Prawiranata et al.,
(1989), Etilen mempunyai peranan yang penting dalam beberapa proses fisiologi
tumbuhan antara lain:
- Mendukung respirasi klimaterik dan pemasakan buah.
- Mendukung epinasti.
- Menghambat perpanjangan batang dan akar.
- Memacu pembungaan.
- Mempercepat proses absisi.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan :
- Pemberian etilen pada buah pisang dapat mempercepat pemasakan buah.
- Semakin tinggi konsentrasi etilen yang diperlakukan pada buah klimaterik maka waktu yang dibutuhkan untuk mematangkan buah semakin cepat.
3. Selama proses pematangan terjadi perubahan
warna, tekstur, bau dan rasa
Daftar Referensi
Abidin, Z. 1985. Dasar-Dasar Pengetahuan
Tentang Zat Pengatur Tumbuh. Angkasa, Bandung.
Fantastico. 1986. Fisiologi Pasca Panen.
Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
Hall, J.L.1984.Plany
Cell Structure and Metabolism. Language Book society. English.
Heddy, S. 1989. Hormon
Tumbuhan. CV Rajawali, Jakarta.
Hidayat, E. B. 1995. Anatomi Tumbuhan
Berbiji. ITB, Bandung.
Isbandi, J. 1983. Pertumbuhan dan Perkembangan
Tanaman. Fakulas Pertanian UGM. Yogyakarta
Kimball, J. W. 1996.
Biologi Jilid 2 Edisi Kelima. Erlangga, Jakarta.
Kusumo, S. 1990. Zat Pengatur Tumbuhan Tanaman. Yasaguna, Jakarta.
Prawiranata, W. S. Haman
dan P. Tjondronegoro. 1989. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan I. Laboratorium
Fisiologi Tumbuhan Fapert IPB, Bogor.
Purba, M. 1996. Ilmu
Kimia. Erlangga, Jakarta.
Sumadi,
Bambang Sugiharto,Suyanto. 2004. Metabolisme Sukrosa pada Proses Pemasakan Buah Pisang yang Diperlakukan pada Suhu Berbeda. Jurnal ILMU DASAR, 5 (1): 21-26.
Wereing,
D.F and I. D.J. Phillips. 1970. The Control of
Growth and Differentation in Plants. Pergamon
Press, New York.
Zimmermar, P.W. 1961. Plant Growth Regulation The
Lowa State University Press.USA.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar