Cari Blog Ini

Kamis, 29 Desember 2011

PENGENALAN HEWAN AVERTEBRATA DAN VERTEBRATA BERDASARKAN KARAKTER MORFOLOGI


I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ada 40 phyla hewan avertebrata yang dikelompokan atas dasar : banyaknya sel penyusun tubuh, kontruksi tubuh, jumlah lapisan tubuh, kesimetrian tubuh, pembentukan anus dan mulut pada awal perkembangan embrionalnya, kondisi rongga tubuh, serta ada tiadaknya lofofora dan segmentasi tubuh. Bersasarkan kedelapan kelompok tersebut, dapat dipelajari kesimetrian tubuh, yang bisa diketahui melalui pengamatan ciri morfologinya.
Avertebrata adalah sebuah istilah yang diungkapkan oleh Chevalier de Lamarck untuk menunjuk hewan yang tidak memiliki tulang belakang. Invertebrata mencakup semua hewan kecuali hewan vertebrata (pisces, reptil, amfibia, burung, dan mammalia. Contoh invertebrata adalah serangga, ubur-ubur, hydra, cumi-cumi, dan cacing. Invertebrata mencakup sekitar 97 persen dari seluruh anggota kingdom Animalia.
Vertebrata adalah subfilum dari Chordata, mencakup semua hewan yang memiliki tulang belakang. Tulang-tulang yang menyusun tulang belakang disebut vertebra. Vertebrata adalah subfilum terbesar dari Chordata. Ke dalam vertebrata dapat dimasukkan semua jenis ikan (kecuali remang, belut jeung, "lintah laut", atau hagfish), katak, reptil, burung, serta hewan menyusui. Kecuali jenis-jenis ikan, vertebrata diketahui memiliki dua pasang tungkai (Campbell, 2004).
Lamarck membagi invertebrata ke dalam dua kelompok yaitu Insecta (serangga) dan Vermes (cacing). Tapi sekarang, invertebrata diklasifikasikan ke dalam lebih dari 30 sub-fila mulai dari organisme yang simpel seperti porifera dan cacing pipih hingga organisme yang lebih kompleks seperti mollusca dan arthropoda.





B. Tujuan
Tujuan praktikum acara pengenalan hewan avertebrata dan vertebrata berdasarkan karakter morfologi adalah untuk mengenali ciri-ciri yang tampak pada hewan avertebrata dan vertebrata, mengelompokkan hewan avertebrata dan vertebrata berdasarkan rangka internal, tengkorak, mata, kuping, simetri radial, simetri bilateral, metamerisme dan tagmatisasi.

























MATERI DAN METODE
A. Materi
            Materi yang diamati adalah hewan avertebrata yang merupakan anggota Cnidaria, Ctenopora, Echinodermata, Anneliada, Insecta, dan Crustacea; hewan vertebrata yang merupakan anggota dari Pisces, Amphibia, Reptilia, Aves, dan Mamalia.
Alat yang digunakan yaitu bak preparat, pinset, jarum preparat, kaca pembesar, mikroskop, buku gambar dan alat tulis.

B. Metode
1.      Pemisahan antara hewan avertebrata dan hewan vertebrata
2.      mengenali dan menggambar hewan avertebrata dan vertebrata yang diamati berdasarkan cirri-ciri morfologi yang dimiliki.
3.      preparat yang telah diamati diawetkan untuk kegiatan identifikasi dan determinasi pada acara praktikum selanjutnya.














HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil






Gambar 1. Cacing tanah         Gambar 2. Belalang                Gambar 3. Kutilang



                                                                             


Gambar 4. Bulu Babi              Gambar 5. Ular Cincin            Gambar 6. Ikan Nilem





                                                Gambar 7. Udang Windu





No
Dasar Pengelompokan
Nama Spesies
Keterangan (Avertebrata/Vertebrata)
1
Rangka Internal
1. Burung
2. Ikan
3. Ular
1. Vertebrata
2. Vertebrata
3. Vertebrata
2
Tengkorak
1. Burung
2. Ikan
3. Ular
1. Vertebrata
2. Vertebrata
3. Vertebrata
3
Mata
1. Burung
2. Ikan
3. Ular
4. Belalang
5. Udang
1. Vertebrata
2. Vertebrata
3. Vertebrata
4. Avertebrata
5. Avertebrata
4
Kuping
-
-
5
Kesimetrian Tubuh
a. Bilateral simetri
1. Burung
2. Ikan
3. Ular
4. Cacing
5. Udang
6. Belalang
1. Vertebrata
2. Vertebrata
3. Vertebrata
4. Avertebrata
5. Avertebrata
6. Avertebrata
7. Avertebrata
b.Radial simetri
1. Bulu Babi

1. Avertebrata
6
Metamerisme
1. Belalang
2. Cacing
3. Udang
1. Avertebrata
2. Avertebrata
3. Avertebrata
7
Tagmatisasi
1. Belalang
2. Udang
1. Avertebrata
2. Avertebrata




B. Pembahasan
         Berdasarkan hasil praktikum didapatkan hasil bahwa semua hewan vertebrata mempunyai cirri-ciri yaitu mempunyai rangka internal dan tulang tengkorak. Hewan avertebrata yang diamati mempunyai metamerisme dan tagmatisasi, sedangkan persamaannya yaitu sama-sama mempunyai mata dan kesimetrian tubuh.
         Masing-masing hewan vertebrata maupun avertebrata mempunyai ciri-ciri morfologi yang berbeda-beda yaitu sebagai berikut :
1. Ikan Nilem (Osteochillus hasselti)
Ikan Nilem merupakan jenis ikan konsumsi air tawar, berbadan memanjang pipih kesamping dan lunak. Tubuh ikan Nilem terbagi menjadi tiga bagian yaitu caput (kepala), truncus (badan), dan cauda (ekor).caput mulai dari moncong sampai batas tutup insang, badan mulai dari belakang tutup insang sampai belakang anus, ekor mulai dari belakang anus sampai ujung sirip ekor. Seluruh badannya bersisik yang mempunyai tipe cycloid dan di tengah-tengah tubuhnya terdapat gurat sisi yang berfungsi sebagai indra keenamnya (Djuhanda, 1982). Ikan Nilem mempunyai lima sirip yaitu sepasang sirip dada, sepasang sirip perut, sirip punggung yang tunggal dan sirip ekor.
Menurut Djuhanda (1982), klasifikasi ikan Nilem adalah sebagai berikut :
Phyllum     : Chordata
Subphillum : Vertebrata
Classis       : Pisces
Ordo          : Ostariophysi
Family       : Cyprinidae
Genus        : Osteochilus
Spesies      : Osteochillus hasselti

2. Ular Cincin Emas (Boiga dendrophyla)
         Ular cincin emas  adalah nama sejenis ular berbisa anggota family Colubridae. Umum biasa menyebutnya sebagai ular belang, nama yang sedikit banyak menyesatkan karena digunakan pula untuk menyebut ular lain yang serupa dan berkerabat dekat: ular weling (Bungarus candidus). Kedua ular ini memang mirip bentuk dan warnanya. Nama belang dan weling (dari bahasa Jawa) menunjuk kepada pola belang hitam-putih (atau hitam-kuning) yang berlainan. Pada ular belang, belang hitamnya utuh berupa cincin dari punggung hingga ke perut; sedangkan pada ular weling belang hitamnya hanya sekedar selang-seling warna di bagian punggung (dorsal), sementara perutnya (ventral) seluruhnya berwarna putih. Ular ini merupakan kelompok ular yang berbisa, dicirikan dengan bentuk kepalanya yang segitiga(Anonim,2009).
            Klasifikasi Ular Cincin Emas adalah sebagai berikut :
Phyllum  : Chordata
Kelas      : Reptilia
Ordo       : Squamata
Family    : Colubridae
Genus     : Boiga
Spesies   : Boiga dendrophila

3. Burung Kutilang (Pycnonotus aurigaster).
   Menurut King, (1975), klasifikasi burung kutilang adalah sebagai berikut :
Phyllum  : Chordata
Class       : Aves
Ordo       : Passeriformes 
Familia   : Pycnonotidae
Genus     : Pycnonotus
Spesies   : Pycnonotus aurigaster
         Cucak Kutilang atau Kutilang adalah sejenis burung pengicau dari suku Pycnonotidae. Orang Sunda menyebutnya cangkurileung, orang Jawa menamainya ketilang atau genthilang, mengikuti bunyi suaranya yang khas. Burung yang berukuran sedang, panjang tubuh total (diukur dari ujung paruh hingga ujung ekor) sekitar 20 cm. Sisi atas tubuh (punggung, ekor) berwarna coklat kelabu, sisi bawah (tenggorokan, leher, dada dan perut) putih keabu-abuan. Bagian atas kepala, mulai dari dahi, topi dan jambul, berwarna hitam. Tungging (di muka ekor) nampak jelas berwarna putih, serta penutup pantat berwarna jingga(King et al, 1975)
4. Udang Windu (Macrobrachium rosenbergii)
            Klasifikasi udang Windu yaitu :
Phyllum              : Arthropoda
Subphyllum        : Crustacea
Class                   : Malacotraca
Ordo                   : Decapoda 
Familia               : Palaemonidae
Genus                 : Macrobrachium
Spesies               : Macrobrachium rosenbergii
         Tubuh udang dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian kepala dan bagian badan. Bagian kepala menyatu dengan bagian dada disebut cephalothorax yang terdiri dari 13 ruas, yaitu 5 ruas di bagian kepala dan 8 ruas di bagian dada. Bagian badan dan abdomen terdiri dari 6 ruas, tiap-tiap ruas (segmen) mempunyai sepasang anggota badan (kaki renang) yang beruas-ruas pula. Pada ujung ruas keenam terdapat ekor kipas 4 lembar dan satu telson yang berbentuk runcing.Bagian kepala dilindungi oleh cangkang kepala atau Carapace. Bagian depan meruncing dan melengkung membentuk huruf S yang disebut cucuk kepala atau rostrum. Pada bagian atas rostrum terdapat 7 gerigi dan bagian bawahnya 3 gerigi untuk P. monodon. Bagian kepala lainnya adalah :
Ø  Sepasang mata majemuk (mata facet) bertangkai dan dapat digerakkan.
Ø  Mulut terletak pada bagian bawah kepala dengan rahang (mandibula) yang       kuat.
Ø  Sepasang sungut besar atau antena.
Ø  Dua pasang sungut kecil atau antennula.
Ø  Sepasang sirip kepala (Scophocerit).
Ø  Sepasang alat pembantu rahang (Maxilliped).
Ø  Lima pasang kaki jalan (pereopoda), kaki jalan pertama, kedua dan ketiga         bercapit yang dinamakan chela.
Pada bagian dalam terdapat hepatopankreas, jantung dan insang. Bagian badan tertutup oleh 6 ruas, yang satu sama lainnya dihubungkan oleh selaput tipis. Ada lima pasang kaki renang (pleopoda) yang melekat pada ruas pertama sampai dengan ruas kelima, sedangkan pada ruas keenam, kaki renang mengalami perubahan bentuk menjadi ekor kipas (uropoda). Di antara ekor kipas terdapat ekor yang meruncing pada bagian ujungnya yang disebut telson. Organ dalam yang bisa diamati adalah usus (intestine) yang bermuara pada anus yang terletak pada ujung ruas keenam (Anonim, 2006).

5. Cacing tanah (Pheretima sp.)
 Bentuk tubuh pada cacing panjang silindris, dengan ± 2/3bagian posteriornya sedikit memipih ke arah dorsoventral. Tubuh bersegmen-segmen dan jelas ada annuli external bersesuaikan dengan jumlah segmen dalam, yaitu ± 150 segmen dalam seluruh tubuh. Permukaan tubuh cacing tanah juga terdapat beberapa lubang-lubang muara keluar dari berbagai alat atau organ di dalam tubuh, organ-organ tersebut adalah mulut, anus, lubang muara keluar ductus spermaticus, atau vas defferens, terletak pada segmen ke 15, lubang muara keluar oviduct, pada segmen ke 14, lubang muara keluar receptaculum seminis pada segmen ke 9 dan ke10, pori dorsales pada segmen ke 8, dan sepasang nephridiopori pada semua segmen (Mayr, 1982).
Cacing tanah bernafas dengan kulitnya, sebab kulitnya bersifat lembab, tipis dan banyak mengandung kapiler darah (Jasin, 1989). Sistem ekskresi pada cacing tanah berupa nephridia. Pada setiap segmen badan terdapat sepasang nephridia, kecuali 3 segmen yang pertama dan yang terakhir. Tiap nephridium terdiri atas  nephrostoma dan saluran atau pipa yang berkelok-kelok (Radiopoetro, 1981).
Cacing tanah bersifat hermafrodit. Sepasang ovarium menghasilkan ovari dan terletak di dalam segmen ke 13. Kedua oviductnya juga terletak di dalam segmen ke 13 dan infundibulumnya bercilia. Oviduct tadi melalui septum yang terletak di antara segmen ke 13 dan segmen ke 14, dan di dalam segmen ke 14 membesar dan membentuk kantong telur (Jasin, 1989).
Menurut Anonymous (2008), Klasifikasi dari cacing adalah sebagai berikut :
Phyllum              : Annelida
Class                   : Clitellata
Ordo                   : Haplotaxida
Family                : Megascolecidae
Genus                 : Pheretima
Spesies               : Pheretima sp.

6. Bulu Babi (Diadema setosum)
         Bulu babi hidup pada terumbu karang atau pada habitat pantai berbatu. Bulu babi termasuk Filum Echinodermata, bentuk dasar tubuh segilima. Mempunyai lima pasang garis kaki tabung dan duri panjang yang dapat digerakkan. Kaki tabung dan duri memungkinkan binatang ini merangkak di permukaan karang dan juga dapat digunakan untuk berjalan di pasir. Cangkang luarnya tipis dan tersusun dari lempengan-lempengan yang berhubungan satu sama lain. Cangkang dari jenis bulu babi tertentu dilapisi oleh pigmen cairan hitam yang stabil. Cairan ini dapat digunakan sebagai pewarnaan jala dan kulit. Cangkang dari bulu babi juga diminati sebagai barang perhiasan. Sedangkan organ dari sisa pengolahan bulu babi biasanya berupa cangkang dan organ dalam (jeroan) dapat diproses lebih lanjut menjadi pupuk.
         Klasifikasi bulu babi (Diadema setosum) menurut Pratt (1935) adalah :
            Phyllum            : Echinodermata
            Kelas               : Echinoidea
            Subkelas          : Euchinoidea
            Ordo                : Cidaroidea
            Famili               : Diadematidae
            Genus               : Diadema
            Spesies            : Diadema setosum

7. Belalang (Valanga sp.)
         Klasifikasi Belalang yaitu sebagai berikut :
         Phyllum              : Arthropoda
Class                   : Insecta
Ordo                   : Orthoptera
Family                : Acrididae
Genus                 : Valanga
Spesies               : Valanga sp.

         Belalang adalah serangga herbivora dari subordo Caelifera dalam ordo Orthoptera. Serangga ini memiliki antena yang hampir selalu lebih pendek dari tubuhnya dan juga memiliki ovipositor pendek. Suara yang ditimbulkan beberapa spesies belalang biasanya dihasilkan dengan menggosokkan femur belakangnya terhadap sayap depan atau abdomen (disebut stridulasi), atau karena kepakan sayapnya sewaktu terbang. Femur belakangnya umumnya panjang dan kuat yang cocok untuk melompat. Serangga ini umumnya bersayap, walaupun sayapnya kadang tidak dapat dipergunakan untuk terbang. Belalang betina umumnya berukuran lebih besar dari belalang jantan (Junaedi, 2008).




















KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa :
1.      Simetri tubuh terdiri atas dua bangun, yaitu simetri radial dan simetri bilateral.
2.      Proses penyatuan beberapa atau banyak segmen dalam beragam kelompok-kelompok fungsi pada hewan  bemetamer ini disebut mengalami tagmatisasi.
3.      semua hewan vertebrata mempunyai cirri-ciri yaitu mempunyai rangka internal dan tulang tengkorak.

B. Saran
            Awetan preparat yang digunakan diharapkan awetan yang masih baru karena kemarin ada awetan yang bentuknya sudah hampir rusak.










DAFTAR REFERENSI
Anonymous. 2008. Cacing. http:// www.wikipedia . org. Diakses tanggal 2 April 2010.
Anonymous. 2006. Udang. http:// www.wikipedia . org. Diakses tanggal 2 April 2010.
Anonymous. 2009. Ular Cincin. http:// www.wikipedia . org. Diakses tanggal 2 April 2010.
Djuhanda, T. 1982.Anatomi dari 4 Spesies Hewan Vertebrata. Armico, Bandung
Campbell, A. Neil, et all. 2004. Biologi Edisi Kelima Jilid Kedua. Erlangga, Jakarta.
Jasin, Maskoeri. 1989. Sistematik Hewan (Avertebrata dan Vertebrata) untuk universitas. Sinar Jaya, Surabaya.
Junaedi,W. 2008. Serangga Insekta. http://junaedi525.blogspot.com/serangga-insekta.html
King, B., M. Woodcock, and E.C. Dickinson. 1975. A Field Guide to The Birds of South-East Asia. Collins. London.
Mayr, Ernest. 1982. Principles Of Systematic Zoologi. Tata McGraw-Hill Publishing Company, New Delhi.
Pratt H S. 1935. A Manual of The Common Invertebrates Animals. McGraw Hill. Company Inc : New York
Radiopoetro. 1981. Zoology. Erlangga, Jakarta.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar